INDONESIA RAYA

Indonesia tanah air beta pusaka abadi nan jaya

BUKUKU

seribu buku................................

catur

bermain catur bersama-sama sungguh senangnya

ini buku

biar pintar banyak-banyaklah membaca buku

iklan buku

yuk mari kitabeli buku biar banyak referensi....

Jumat, 15 Juni 2012

PESIAR

Rabu, 13 Juni 2012

PERENCANAAN USAHA

PERENCANAAN USAHA
TUGAS MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN
DOSEN PENGAMPU : R.B. SUHARTA, M. PD




NADRA YUNIA AYUNINGTYAS
10102241026
PLS A



PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012

PERENCANAAN USAHA

Usaha yang saya rencanakan adalah usaha dalam bidang produksi makanan. Adapun produk yang saya buat ialah makanan camilan berupa “keripik tempe iblis”. Alasan saya memproduksi camilan tersebut karena sekarang ini banyak  permintaan konsumen pasar yang menginginkan adanya inovasi terhadap makanan camilan yang sudah ada sebelumnya. Untuk itu saya berinovasi dengan menambahkan rasa pedas pada keripik tempe ini. Saya menamakan produk tersebut dengan nama “keripik tempe iblis” adalah karena inovasi baru berupa rasa pedas serta agar para pelaggan lebih penasaran sehingga berminat untuk membeli produk yang saya buat. Apalagi sekarang juga banyak bermunculan berbagai macam aneka camilan yang menambahkan rasa pedas dalam produksinya seperti contoh keripik singkong pedas, keripik kentang pedas, dsb namun dalam pasar masih jarang saya temui inovasi rasa pedas dalam keripik tempe. Karena alasan tersebut saya membuat keripik tempe iblis.
Dalam perencanaan usaha ini, rincian kegiatan-kegiatan yang saya lakukan diantaranya adalah :
1. Pengamatan pasar
Pengamatan pasar ini menjadi salah satu aspek terpenting, bisa dibilang paling utama sebelum kita melakukan perencanaan usaha. Pengamatan pasar sejatinya berfungsi untuk mengetahui seperti apa keadaan pasar dan barang apa yang sedang diminati serta yang paling banyak dicari oleh konsumen. Pengamatan pasar harus dilakukan secara jeli agar tidak terjadi kesalahan persepsi. Pengamatan pasar saya lakukan disekitar daerah Moyudan yaitu di pasar-pasar tradisional. Dalam pengamatan pasar yang saya lakukan memperoleh hasil bahwa para masyarakat/konsumen banyak yang menyukai makanan kecil berupa camilan. Namun dalam kenyataannya mereka sedikit merasa bosan dengan camilan yang hanya begitu-begitu saja. Mereka membutuhkan suatu makanan camilan yang berinovasi baru.

2. Penentuan usaha
Setelah selesai melakukan pengamatan pasar, hal selanjutnya yang mesti dilakukan adalah menentukan usaha. Dalam pengamatan pasar yang sebelumnya sudah dilakukan pasti memperoleh hasil tentang apa yang sedang diminati dan dibutuhkan oleh para konsumen. Sesuai dari pengamatan diatas maka saya menentukan untuk membuat sebuah usaha makanan camilan yang mempunyai inovasi rasa baru yaitu rasa pedas. Inovasi tersebut saya aplikasikan pada keripik tempe. Kenapa saya memilih keripik tempe karena menurut pengamatan pasar, banyak konsumen yang menyukai keripik tempe dan makanan camilan tersebut dapat dijangkau serta disukai berbagai kalangan mulai dari anak-anak sampai pada mereka yang sudah dewasa. 

3. Mempersiapkan modal
Modal dalam usaha produksi camilan ini tidaklah terlalu besar. Dikatakan demikian karena karena sebenarnya kegiatan produksi keripik tempe dapat menggunakan peralatan dapur sederhana yang biasa dipekai oleh kebanyakan ibu rumah tangga untuk memasak. Saya menententukan modal sebesar Rp. 6.120.000,- adapun rinciannya ada dalam penghitungan BEP (Break Event Point).

4. Mempersiapkan tempat usaha
Tempat usaha ini saya tentukan di rumah saya sendiri yang beralamat di Moyudan Sleman Yogyakarta. Saya memilih rumah sendiri karena adanya pertimbangan bahwa lebih efisien dan hemat selain itu saya juga dapat mengerjakan kegiatan produksi dengan santai karenan bertempat di rumah sendiri. Rumah saya akan dirubah seperti halnya sebuat pabrik/industri rumah tangga kelas kecil. Dalam hal ini, rumah juga saya jadikan sebagai tempat pemasaran produk dengan memajang keripik tempe iblis di etalase depan rumah. Hal tersebut saya pilih karena rumah saya berada dalam tempat yang strategis yaitu di pinggir jalan raya sehingga banyak masyarakat yang lalu lalang didepan rumah. 

5. Kegiatan produksi 
Kegiatan produksi ini dimulai dengan beberapa langkah, adapun tahapan langkahnya adalah:
a. Membeli bahan baru berupa tempe, tepung terigu, bumbu dapur, bubuk cabe serta minyak goreng
b. Menyiapkan peralatan seperti kompor, wajar, serok-solet, wadah besar, baskom
c. Setelah semua bahan baku terkumpul barulah membuat bumbu dan mengiris tempe secara tipis-tipis kemudian tempe tersebut di campur dengan bumbu setelah itu digoreng sampai krispi.
d. Selesai digoreng, keripik tempe setengah jadi tersebut ditiriskan sabil diberi bubuk cabe dan diaduk secara perlahan agar semua dapat tercampur.
e. Hal selanjutnya adalah finishing dengan pengepakan kedalam bungkus-bungkus plastik.
f. Hal terakhir dalam proses produksi adalah pemasaran produk dan pendistribusian produk kepada konsumen.
Kegiatan produksi saya lakukan setiap seminggu sekali jadi tidak setiap hari saya melakukan kegiatan produksi. Hal tersebut saya lakukan karena mengingat waktu saya yang sebagian besar masih untuk kulih dan produksi keripik tempe iblis masih dalam skala kecil.

6. Promosi 
Setelah melakukan kegiatan produksi, hal yang saya lakukan adalah kegiatan promosi. Promosi sangat dibutuhkan bagi keberlangsungan kegiatan usaha apalagi sebuah usaha baru. Adapun cara promosi sederhana yang saya lakukan adalah dengan membuat pamflet yang saya bagi-bagikan kepada masyarakat dan saya tempel di tempat-tempat ramai. Pamflet yang saya buat cukup menarik sehingga diharapkan setiap mereka yang membaca pamflet akan tertarik untuk mencoba membeli produk keripik tempe iblis ini. Contoh Pamflet ada di bagian belakang. Selain itu, saya juga menyediakan keripik tempe tester untuk dicoba oleh masyarakat sehingga dengan mencoba produk saya mereka ingin membeli keripik tempe iblis. Kemudian apabila ada event seperti pameran produk makanan akan saya ikitu sebagai rangkaian dari kegiatan promosi saya. Dalam setiap pameran biasanya pengunjungnya cukup banyak sehingga sangat baik untuk mengenalkan produk yang saya buat.

7. Pekerja 
Dalam usaha produksi keripik tempe iblis ini saya mengerjakan semua rangkaian usahanya sendiri. Saya mengambil langkah tersebut karena memproduksi keripim tempe iblis cukup mudah dan tidak perlu banyak pekerja selain itu saya baru memproduksi dalam partai kecil. Mungkin jika usaha produksi keripik tempe iblis ini sudah berkembang dan banyak permintaan saya akan merekrut pekerja tambahan untuk membantu dalam rangka proses produksi.

8. Menentukan pemasaran/konsumen
Untuk pemasaran hasil produksi saya akan memasarkannya di warung-warung terdekat dan saya pajang di etalase rumah saya yang dibuat seperti outlet. Warung-warung terdekat saya pilih sebagai tempat pemasaran karena banyak konsumen yang sering berbelanja ke warung. Diharapkan mereka yang berbelanja di warung melihat produk keripik tempe iblis milik saya mereka menjadi tertarik dan membelinya. Diharapkan keripik tempe iblis ini dapat disukai oleh semua kalangan dari anak-anak sampai dewasa. 


9. Proses distribusi
Proses pendistribusian saya lakukan dengan mengantarkan kepada konsumen ataupun warung-warung untuk dititipkan serta memajangnya di etalase rumah. Pendistribusian akan saya lakukan sendiri dengan mengggunakan alat transportasi sepeda motor. Adapun saya melakukan pendistribusian produk keripik tempe iblis setiap seminggu sekali. Jadi apabila sudah mencapai seminggu maka saya akan mendistribusikan produk yang baru.

Penghitungan BEP (break Event Point)
Biaya tetap
Penyusutan kompor Rp. 100.000,-
Penyusutan kendaraan Rp. 5.000.000,-
Tenaga Rp. 350.000,-
Penyusutan wadah (baskom, dsb) Rp. 50.000,-
______________ +
Rp. 6.000.000,-

Biaya variabel
Tempe Rp. 30.000,-
Tepung terigu Rp. 15.000,-
Gas Rp. 15.000,-
Bubuk cabe Rp. 20.000,-
Minyak goreng Rp. 20.000,-
Bumbu dapur(garam, merica,dsb) Rp. 10.000,-
Plastik pembungkus Rp. 10.000,-
______________ +
Rp. 120.000,-


BEP = 6.000.000
    (4.500 x 100) – 120.000
 = 6.000.000
     450.000 – 120.000
 = 18,18 unit

BEP dalam 1 tahun = 18 x 365 = 6.570 unit

PENGARUH BUDAYA MASYARAKAT TERHADAP PERKEMBANGAN INDIVIDU SEBAGAI WARGA MASYARAKAT

PENGARUH BUDAYA MASYARAKAT TERHADAP PERKEMBANGAN INDIVIDU SEBAGAI WARGA MASYARAKAT
SOSIO-ANTROPOLOGI PENDIDIKAN 
Pengaruh Budaya Masyarakat Terhadap Perkembangan Individu Sebagai Warga Masyarakat
DosenPengampu :Nur Djazifah ER, M.Si








OLEH :
Sri Mulyani
Lucya Purnamasari 10102241011
Nadra Yunia A 10102241026
Shelly Aprillia 10102241027
Efrita Nur PSS 10102241030









PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012

Kebudayaan di antara masyarakat
Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki sub-kebudayaan (atau biasa disebut sub-kultur), yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaan dari kebudayaan induknya. Munculnya sub-kultur disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya karena perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas, aesthetik, agama, pekerjaan, pandangan politik dan gender.
Ada beberapa cara yang dilakukan masyarakat ketika berhadapan dengan imigran dan kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan asli. Cara yang dipilih masyarakat tergantung pada seberapa besar perbedaan kebudayaan induk dengan kebudayaan minoritas, seberapa banyak imigran yang datang, watak dari penduduk asli, keefektifan dan keintensifan komunikasi antar budaya, dan tipe pemerintahan yang berkuasa.
Monokulturalisme: Pemerintah mengusahakan terjadinya asimilasi kebudayaan sehingga masyarakat yang berbeda kebudayaan menjadi satu dan saling bekerja sama.
Leitkultur (kebudayaan inti): Sebuah model yang dikembangkan oleh Bassam Tibi di Jerman. Dalam Leitkultur, kelompok minoritas dapat menjaga dan mengembangkan kebudayaannya sendiri, tanpa bertentangan dengan kebudayaan induk yang ada dalam masyarakat asli. Melting Pot: Kebudayaan imigran/asing berbaur dan bergabung dengan kebudayaan asli tanpa campur tangan pemerintah.
Multikulturalisme: Sebuah kebijakan yang mengharuskan imigran dan kelompok minoritas untuk menjaga kebudayaan mereka masing-masing dan berinteraksi secara damai dengan kebudayaan induk. Alasan sederhana yang dapat menjelaskan tentang mengapa seseorang pada akhirnya memutuskan untuk berkompromi dan berpartisipasi dengan lingkungan dan budaya barunya adalah bahwa manusia merupakan makhluk sosial. Manusia membutuhkan orang lain untuk dapat bertahan dalam kondisi apapun juga. Mungkin seseorang dapat tahan hidup terasing, tetapi tidak untuk waktu yang lama.  Apabila orang yang baru masuk ke dalam sebuah budaya yang baru, karena ketidakcocokan yang dirasakan, awalnya mungkin dia merasa lebih baik sendiri dalam menjalani kehidupannya. Namun hal itu lama-lama akan membuat dia merasa kesepian. Dia kesepian karena merasa diri hanya hidup seorang diri, dalam lingkungan yang asing pula.
Kesepian tersebut akan membuat pertumbuhan pribadinya seolah berhenti dan membuat kehidupan tanpa arti, serta akan berakhir dengan kegagalan berlanjut. Selain itu akan mengembangakan kecemasan, depresi serta membuatnya menjadi sangat rentan terhadap tekanan, dan kehilangan masa lalu. Akhirnya dia akan merasa kehilangan hakikat kemanusiaannya, bahkan bisa mematikan. Keadaan ini tentu saja terasa sangat menyakitkan. Kesepian bisa disebabkan oleh perasaan terisolasi dan perasaaan tidak bergabung dalam suatu kelompok pergaulan tertentu dimana seseorang bisa berbagi daam hal minat, kesusahan, perhatian, dan memberi perasaan berada dalam satu komunitas tertentu. Inilah yang dialami oleh orang yang memilih menjauh dari lingkugan dan budaya yang baru.
Sebenarnya, perasaan berada dalam suatu komunitas tertentu akan menghindarkan seseorang dari rasa terisolasi secara emosional karena tidak memiliki  relasi yang mendalam seperti halnya relasi pada pasangan kekasih atau pasangan perkawinan, orangtua dan anak-anak yang memberikan penghayatan emosional yang erat. Sebenarnya terpenuhinya kebutuhan pertemaan dan kebutuhan dukungan sosial-lah yang membuat orang tidak merasa sendiri walaupun di saat tertentu dia bisa saja secara fisik sendiri. Jadi tidak terjalinnya relasi yang intim serta tidak terjalinnya hubungan yang memuaskan pada akhirnya membuat orang yang sedang mengalami gegar budaya merasa kesepian serta mengalami keadaan yang membuat dia merasa tidak bahagia dan tidak nyaman. Karena sebenarnya tanpa teman-teman, kehidupan bukanlah kehidupan sebenarnya.
Kebutuhan akan pertemanan ini sangat terkait dengan hubungan interpersonal yang dijalin oleh orang yang sedang beradaptasi dengan lingkungan dan budaya yang baru saja dimasukinya. Apakah hubungan yang dia miliki terjalin dengan baik atau tidak. Memang mungkin akan ada hambatan ketika pertama kali orang tersebut melakukan interaksi. Namun sebenarnya hubungan interpersonal bukanlah sesuatu hal yang mewah untuk dapat diraih. Seseorang dapat belajar menggapai orang lain untuk dapat menjalin relasi. Hubungan interpersonal ini sedemikian penting sehingga harus benar-benar berjalan dengan lancar. Karena hubungan interpersonal terutama dengan kelompok kecil yang memiliki kesamaan dengan kita merupakan kunci perkembangan dan pertumbuhan personal, identitas, produktivitas, sukses dalam studi, perasaan berarti, memiliki kehidupan yang berkualitas, sehat fasik dan mental, kemampuan aktualisasi diri, serta kemampuan mengatasi tekanan hidup dan tentu saja mendapatkan hakikat kemanusiaan.
Kebutuhan akan hubungan atau relasi interpersonal pada diri seseorang kemungkinan bisa kurang, berlebihan, atau ideal. Ketika orang pertama kali memasuki kelompok, biasanya orang tersebut cemas bagaimana seharusnya dia menyesuaikan diri. Dia akan takut diabaikan, cemas bagaimana harus melibatkan diri dengan kelompok dan berhubungan dengan anggota kelompok lain atau dengan kata lain sejauh mana dirinya harus melakukan interaksi sosial. Pada satu sisi seseorang yang sedang mengalami gegar budaya ingin memasuki kegiatan yang dilakukan oleh kelompok yang ada dalam lingkungannya yang baru. Disisi lain orang tersebut tidak ingin terlalu terlibat dengan orang-orang yang tidak dikenalnya dengan baik. Dalam situasi seperti ini, beberapaorang akan bereaksi berlebihan (over-react) atau malah kekurangan (under-react). Bila beraksi berlebihan, seseorang akan mendominasi percakapan, tetapi bila kurang beraksi pada inklusi sosial dalam kelompok, biasanya orag tersebut menarik diri dari percakapan. Hal ini baru dapat teratasi –kondisi akan menjadi ideal- apabila kita telah menjadi anggota kelompok yang mapan, karena dengan sendirinya kita akan mempertahankan jumlah keterlibatan sosial yang tepat. Hubungan interpersonal sangat penting untuk perkembangan perasaan kenyamanan personal seseorang dalam berbagai lingkup sosial. Hal itu akan membantu orang tersebut dalam pertumbuhan dan perkembangan kognitif dan sosialnya, membangun identitas personal yang koheren dan positif, serta keyakinan akan hubungan dia dengan realitas sosial. Dan semua itu tentu akan membantunya mengatasi ketidaknyamanan dan berbagai masalah karena gegar budaya.

Dalam menjalin hubungan dengan orang lain ini, sebenarnya dia sedang menerapkan prinsip afiliasi. Prinsip tersebut menyatakan bahwa manusia mempunyai kecendrungan atau hasrat untuk berteman maupun bergabung dengan manusia lain yang memiliki kesamaan dengannya. Dorongan untuk berafiliasi ini umumnya disebabkan oleh faktor biologis, bahwa manusia memang tergolong jenis yang membutuhkan kawan. Pada dasarnya perkembangan manusia mengikuti pola perluasan saling ketergantungan antar diri seseorang yang satu dengan orang yang lain. Pertumbuhan dan perkembangan sosial dan intelektual seseorang ditentukan oleh kualitas dan esensi dari relasinya dengan orang lain. Identitasnya akan terbangun melalui relasi dengan orang lain. Karena selagi orang tersebut berinteraksi dengan orang lain dia akan memperhatikan respons orang lain itu terhadap dirinya. Kemudian dia akan mencari umpan balik melalui bagaimana mereka mengamati dirinya dan bagaimana orang tersebut belajar memandang dirinya sendiri seperti orang lain memandang dia. Melalui refleksi dari orang lainlah seseorang mengembangkan gambaran yang jelas dan cermat tentang dirinya sendiri.
Dalam relasi dengan lingkungan, seseorang harus mengadopsi aturan sosial yang menyertai posisi dirinya. Apakah dalam perannya sebagai mahasiswa, teman, junior, atau posisi lainnya. Hanya dalam interelasi dengan orang lainlah orang tersebut akan menemukan siapa sebenarnya identitas pribadinya. Secara implisit dalam setiap relasi, seseorang akan memohon pada orang lain untuk menilainya sebagai individu. Serta merta pula dalam relasinya dengan orang lain akhirnya orang tersebut membutuhkan untuk memberi dan menerima konfirmasi tentang keberadaannya disekitar orang lain.Setelah seseorang yang mengalami gegar budaya  menyadari semua hal diatas, maka diapun akan segera berpikir untuk menyelesaikan semua hal yang dia anggap menjadi masalah selama dia berada pada lingkungan dan budaya baru. Serta mengambil keputusan mengenai bertahan atau tidaknya dia di dalam kehidupan barunya.
Teori-teori mengenai prinsip-prinsip perkembangan individu akan kami urai berdasarkan pendapat para ahli sebagaimana dikutip oleh Agoes Dariyo dalam beberapa versi pandangan atau pendapat, antara lain menurut Paul Baltes bahwa ada enam prinsip perkembangan yakni :
a. Perkembangan berlangsung sepanjang hayat.
Manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan sepanjang hayatnya, dimulai sejak masa pranatal, bayi anak usia dini, anak pra sekolah, anak tengah dewasa muda, dewasa madya, dewasa akhir dan kematian.

b. Perkembangan ditandai dengan kesempatan untuk memilih suatu penga-laman tertentu dan mengabaikan kesempatan pengalaman yang lain.
Prinsip ini mengindikasikan bahwa perkembangan manusia selalu disertai oleh dua hal yaitu prinsip memperoleh sesuatu dan prinsip kehilangan sesuatu. Prinsip memperoleh sesuatu adalah bahwa perkembangan manusia ditandai dengan peningkatan kompetensi, keterampilan dan pengalaman. Sedangkan prinsip kehilangan sesuatu adalah setiap individu dihadapkan pada berbagai pilihan yang harus dipilih. Pilihan yang menjadi prioritas merupakan pilihan yang sesuai dengan potensi, minat, kemampuan dan bakatnya. Oleh karena itu seorang individu hanya akan mengembangkan satu keterampilan tertentu sesuai dengan minat dan bakatnya.Jadi pilihan yang lain tidak mungkin dapat ditekuni dengan maksimal.

c. Pengaruh faktor biologi dan sosio-budaya bersifat relatif terhadap perkembangan.
Maksudnya adalah bahwa faktor biologi dan sosio-budaya memiliki pengaruh terhadap perkembangan psikologis manusia, namun faktor mana yang paling berpengaruh terhadap perkembangan psikologisnya tidak dapat ditentukan secara pasti.

d. Perkembangan manusia melibatkan berbagai stimulus internal maupun eksternal.
Stimulus internal yaitu rangsangan yang berasal dari dalam diri individu, seperti motif, minat, bakat, kecerdasan, kreativitas, kepribadian, sifat-sifat dan sebagainya. Sedangkan stimulus eksternal yaitu rangsangan yang berasal dari luar individu, seperti hadiah, contoh atau teladan, buku, media cetak dan sebagainya. Kedua sumber stimulus tersebut mempengaruhi individu untuk mengembangkan diri sesuai pilihan minat dan bakatnya.

e. Perkembangan manusia bersifat fleksibel dan berubah-ubah.
Manusia dapat berkembang sesuai dengan keinginan, motif maupun dorongan dari dalam diri dan juga dapat berkembang setelah menerima pengaruh dari luar dirinya. Oleh karena itu perkembangan manusia dapat diarahkan, direncanakan dan dimodifikasi untuk memperoleh perubahan-perubahan yang semakin baik demi optimalisasi potensi individu.

f. Perkembangan manusia sangat dipengaruhi oleh konteks sejarah dan sosial budaya.
Perkembangan manusia tidak terlepas dari pengaruh masa lalu. Setiap individu dilahirkan dan dipelihara oleh orang tuanya. Mereka mendidik, mengajar dan membina anak-anaknya sesuai dengan latar belakang pendidikan, kemampuan dan pengalaman masa lalunya. Bangsa Indonesia memiliki pengalaman penjajahan bangsa asing, tentu saja berpengaruh pada perkembangan kepribadian anak-anak, remaja maupun orang dewasa. (Dariyo, 2007:21-23).

Sementara menurut Jean Piaget ada empat prinsip perkembangan yang dialami oleh manusia, yaitu:
a. Setiap tahap perkembangan manusia ditandai dengan upaya mencapai keseimbangan hidup. Setiap manusia memiliki tugas perkembangan sesuai dengan tahap perkembangannya. Tugas perkembangan dari setiap tahap perkembangan akan berbeda dengan tahap perkembangan berikutnya. Untuk mencapai keseimbangan hidupnya masing-masing tugas perkembangan harus dilaksanakan dengan baik. Bila seorang individu belum melaksanakan tugas perkembangan dengan baik, maka ia tidak akan merasa bahagia dalam menjalani kehidupannya.

b. Setiap tahap perkembangan dipengaruhi oleh tahap perkembangan sebelumnya dan mempengaruhi tahap perkembangan berikutnya.
Setiap tahap perkembangan dipengaruhi oleh tahap perkembangan sebelumnya, yakni masa anak usia tiga tahun dipengaruhi oleh masa masa bayi, demikian pula masa bayi dipengaruhi masa pranatal.

c. Tahap-tahap perkembangan manusia itu bersifat universal.
Bahwa setiap tahap perkembangan yang dialami oleh manusia adalah sama atau tidak adaperbedaan antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Masing-masing individu akan mengalami tahap-tahap yang sama dari sejak masa pranatal, bayi, anak, remaja dewasa dan kematian.

d. Setiap tahap perkembangan sebagai proses menjadi secara integratif (being process)
Setiap tahap perkembangan individu berupaya untuk mengoptimalkan potensi-potensinya dengan sebaik-baiknya. Jadi setiap tahap perkembangan kognitif individu harus dicapai dengan baik sehingga dapat menopang atau mendukung tahap perkembangan kognitif berikutnya. (Dariyo, 2007:24-25).

Sedangkan menurut Miller prinsip perkembangan manusia itu ada lima prinsip, yaitu :
a. Nature 
Perkembangan bukan hanya dipengaruhi oleh faktor internal (nature) tetapi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal (nurture).

b. Kuantitatif 
Istilah kuantitatif mengandung pengertian sebagai perubahan fisik yang cenderung semakin meningkat atau menurun kapasitas ukurannya. Sementara istilah kualitatif adalah konsep perubahan yang menyatakan sebagai perubahan kemampuan, keterampilan, keahlian, dan kompetensi dari individu.

c. Normatif
Yang dimaksud asas normatif adalah suatu tahap perkembangan individu yang cenderung mengikuti pola-pola yang sudah umum sesuai dengan konsep perkembangan secara normal dan formalistik, aturan-aturan, adat istiadat, sosial budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, misalnya, anak masuk SD umur 6 tahun, masuk SMP 12 tahun, dan seterusnya. Prinsip non normatif adalah suatu perkembangan individu yang tidak mampu mengikuti asas norma-norma tersebut yang disebabkan oleh faktor-faktor status sosial ekonomi, kemiskinan, kesehatan, adat istiadat yang kuno dan sebagainya, sehingga menyimpang dari norma tersebut. Misalnya, setelah tamat SMP seorang remaja laki-laki atau wanita terpaksa harus menikah dan mempunyai anak.

d. Kesinambungan 
Pola perkembangan manusia dapat dipandang secara kontinyu (berkesinambungan) tanpa ada tahapan yang jelas, tetapi seperti garis lurus, bersifat terus menerus, tanpa jeda, dan tidak terputus, linier dan berkelanjutan. Disamping itu, juga dapat dipandang secara diskontinyu, yaitu, tahap perkembangan itu harus melewati tahap-tahap tertentu untuk dapat memasuki tahap berikutnya, karena tahap tertentu mempengaruhi tahapan berikutnya. Berada pada lima tahapan, yaitu oral (0-1,5 th), anal (1,5-3 th), phallic (3-5 th), latensi (5-12 th), genital (13 th ke atas).

e. Progresif 
Perkembangan progresif adalah suatu konsep perubahan secara fisiologis yang sangat cepat dan meningkat secara tajam yang dialami pada usia pranatal, bayi, anak, remaja, dan dewasa muda, akibat makanan bergizi. Perkembangan regresif cenderung ditandai dengan penurunan ukuran fisik, makin kurus, makin ringan, dan sebagainya. (Agoes Dariyo, 2007: 26-32).

Lebih jauh lagi, dalam bukunya Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (2003) Syamsu Yusuf merinci beberapa prinsip perkembangan individu sebagai berikut, yaitu :
a. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti.
b. Semua aspek perkembangan saling berhubungan.
c. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan.
d. Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas.
e. Setiap individu normal akan mengalami tahapan/fase perkembangan.
f. Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu. 

Dimana pola perkembangan yang dimaksud sebagaimana dikutip dari Yelon dan Winstein yakni sebagai berikut :
1) Cephalocaudal & proximal-distal (perkembangan manusia itu mulai dari kepala ke kaki dan dari tengah (jantung, paru dan sebagainya) ke samping (tangan).
2) Struktur mendahului fungsi.
3) Diferensiasi ke integrasi.
4) Dari konkret ke abstrak.
5) Dari egosentris ke perspektivisme.
6) Dari outer control ke inner control. (Yusuf, 2003:17-20).



Perkembangan Masyarakat dan Budaya Lokal

Tugas Mata Kuliah Perkembangan Masyarakat dan Budaya Lokal
Dosen Pengampu: Widyaningsih, M.Si




NADRA YUNIA AYUNINGTYAS
10102241026
2A


PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011


Interaksi sosial pada manusia kepada manusia lainnya dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berbicara, bertatap muka, bertransaksi dagang, belajar pada orang lain, menyakiti orang lain, dan lain sebagainya. Interaksi sosial antar individu merupakan proses yang rumit dan kompleks yang melibatkan faktor-faktor psikologis berikut di bawah ini (disertai pengertian / definisi) :

1. Imitasi
Imitasi adalah meniru orang lain mulai dari sikap, perilaku, gaya, cara berfikir, penampilan, keterampilan, kemampuan, dan lain-lain. Imitasi yang baik perlu didahului oleh penerimaan, penghormatan, pengaguman, dll pada sesuatu yang hendak ditiru tersebut.
Imitasi atau meniru adalah suatu proses kognisi untuk melakukan tindakan maupun aksi seperti yang dilakukan oleh model dengan melibatkan indera sebagai penerima rangsang dan pemasangan kemampuan persepsi untuk mengolah informasi dari rangsang dengan kemampuan aksi untuk melakukan gerakan motorik. Proses ini melibatkan kemampuan kognisi tahap tinggi karena tidak hanya melibatkan bahasa namun juga pemahaman terhadap pemikiran orang lain.
Imitasi saat ini dipelajari dari berbagai sudut pandang ilmu seperti psikologi, neurologi, kognitif, kecerdasan buatan, studi hewan (animal study), antropologi, ekonomi, sosiologi dan filsafat. Hal ini berkaitan dengan fungsi imitasi pada pembelajaran terutama pada anak, maupun kemampuan manusia untuk berinteraksi secara sosial sampai dengan penurunan budaya pada generasi selanjutnya.
Kajian psikologi Imitasi harus dibedakan dengan peniruan gerakan yang sama saja (mimikri) maupun peniruan tujuan (emulasi), namun pada proses imitasi manusia melakukan prinsip peniruan suatu aksi dengan memahami tujuan aksi dan diarahkan oleh pencapaian target tujuan (goal). Imitasi sering dikaitkan pula dengan teori belajar sosial dari Albert Bandura.
Selain itu dengan imitasi, dikatakan bahwa anak membentuk teory pemikirannya (Theory of Mind) melalui imitasi terhadap aksi orang lain maupun persepsi terhadap rangsang yang diterima dari lingkungannya. http://id.wikipedia.org/wiki/Imitasi

2. Sugesti
Sugesti adalah mempengaruhi seseorang atas suatu pandangan, pemahaman, sikap, dsb ketika yang menerima sugesti dalam keadaan tidak berpikir rasional karena diberi sugesti oleh orang yang dikagumi, dihormati, berwibawa, karismatik, pemuka agama, penguasa, golongan mayoritas, dan lain sebagainya.
Bahwa sugesti adalah suatu proses psikologis dimana seseorang membimbing pikiran, perasaan dan perilaku orang lain. Ini mungkin berbeda dengan yang saya rasakan bahwa sugesti itu dibawa dan diajarkan oleh pikiran dan perasaan pribadi bukan orang lain

3. Simpati
Simpati adalah ketertarikan seseorang kepada orang lain yang seolah-olah merasakan perasaan orang lain. Contoh : Membantu korban bencana alam.
Simpati adalah suatu proses seseorang merasa tertarik terhadap pihak lain, sehingga mampu merasakan apa yang dialami, dilakukan dan diderita orang lain. Dalam simpati, perasaan memegang peranan penting. Simpati akan berlangsung apabila terdapat pengertian pada kedua belah pihak. Simpati lebih banyak terlihat dalam hubungan persahabatan, hubungan bertetangga, atau hubungan pekerjaan. Seseorang merasa simpati dari pada orang lain karena sikap, penampilan, wibawa, atau perbuatannya. Misalnya, mengucapkan selamat ulang tahun pada hari ulang tahun merupakan wujud rasa simpati seseorang.

4. Identifikasi
Identifikasi adalah imitasi yang mendalam sehingga ingin menjadi sama dengan pihak lain baik secara disengaja maupun tanpa disengaja. Contoh : Seseorang ingin menjadi seperti Tukul Arwana akan berupaya bergaya tingkah laku seperti Tukul.
Identifikasi adalah kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Orang lain yang menjadi sasaran identifikasi dinamakan idola. Identifikasi merupakan bentuk lebih lanjut dari proses imitasi dan sugesti yang pengaruhnya sangat kuat. Misalnya remaja mengidentifikasi dirinya dengan seorang penyanyi terkenal yang dikagumi, sehingga ia rela mengubah penampilan dirinya. Mulai dari cara berpakaian, berdandan, dan model rambut diupayakan seperti penyanyi yang menjadi idolanya.
 http://organisasi.org/unsur-faktor-psikologi-pendorong-interaksi-sosial-imitasi-sugesti-simpati-empati-identifikasi

Bentuk-bentuk Interaksi Sosial 
Bentuk-bentuk intraksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), dan pertentangan (conflict). Suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial, keempat pokok dari interaksi sosial tersebut tidak perlu merupakan kontinuitas dalam arti bahwa interaksi itu dimulai dengan adanya kerja sama yang kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi pertiakain untuk akhirnya sampai pada akomodasi.
Gilin and Gilin pernah mengadakan pertolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka ada dua macam pross sosial yang timbul sebagaiu akibat adanya interaksi sosial, yaitu:
a. Proses Asosiatif, terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
b. Proses Disosiatif, mencakup persaingan yang meliputi “contravention” dan pertentangan pertikain. 
Adapun interaksi yang pokok proses-proses adalah:
1) Bentuk Interaksi Asosiatif
a. Kerja sama (cooperation)
Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya dan kelompok lainnya. Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama ada tiga bentuk kerja sama, yaitu:
 Bargainng, pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih.
 Cooperation, proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu carta untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan
 Coalition, kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempynyai tujuan yang sama.
b. Akomodasi (accomodation)
Adapun bentuk-bentuk akomodasi, di antaranya:
 Coertion, yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan.
Sikap memaksakan orang untuk melakukan sesuatu yang tidak disukai. Contoh : menyuruh orang lain untuk melakukan kemauannya.
 Compromise, suatu bentuk akomodasi, di mana pihak yang terlibat masing-masing mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. Kedua atau semua pihak yang terlibat dalam konflik berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah. Contoh : dalam suatu rapat,dalam mengambil keputusan harus merupakan keputusan bersama.
 Arbiration, suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak yang berhadapan tidak sanggup untuk mencapainya sendiri. Penghentian perselisihan secara langsung oleh pihak ketiga dengan memberi keputusan yang diterima serta ditaati oleh kedua pihak yang bertikai. Contoh : seorang polisi menghentikan perkelahian 2 orang. jika tidak berhenti maka 2 orang tersebut akan dibawa ke kantor polisi.
 Mediation, hampir menyerupai arbiration diundang pihak ke tiga yang retial dalam persoalan yang ada. Penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi diberikan keputusan yang meningkat. Contoh : Seorang ayah melerai anak-anaknya yg sedang berkelahi.
 Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih, bagi tercapainya suatu tujuan bersama. Usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan pihak-pihak yang berselisih bagi tercapainya suatu persetujuan bersama. Contoh : Ormas perlindungan anak bertemu dengan anggota DPR agar kekerasan terhadap anak dibawah umur dapat dihentikan.
 Stelemate, merupakan suatu akomodasi di mana pihak-pihak yang berkepentingan mempunyai yang seimbang, berhenti pada titik tertentu dalam melakukan pertentangan.

 Adjudication¸ yaitu perselisihan atau perkara di pengadilan. Penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan. Contoh : pembelian tanah atau rumah,tetapi mempunyai masalah. Maka harus diselesaikan di pengadilan.

2) Bentuk Interaksi Disosiatif
a. Persaingan (competition)
Persaingan adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang bersaing untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi dirinya dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan kekerasan.
b. Kontraversi (contaversion)
Kontraversi bentuk interaksi yang berbeda antara persaingan dan pertentangan. Kontaversi ditandai oleh adanya ketidakpastian terhadap diri seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikannya dan kebencian terhadap kepribadian orang, akan tetapi gejala-gejala tersebut tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian.
c. Pertentangan (conflict)
Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi antar individu atau kelompok sosial yang berusaha untuk mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai ancaman atau kekerasan. Pertentangan memiliki bentuk khusus, antara lain: pertentangan pribadi, pertentangan rasional, pertentangan kelas sosial, dan pertentanfan politik. http://saefulohstkipmatematika.blogspot.com/2010/05/bentuk-bentuk-interaksi-sosial.html

PERKEMBANGAN ANAK

A. PENDAHULUAN 
Dalam Hurlock, 1980 tugas perkembangan pada masa anak-anak adalah sebagai berikut: a) Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum. b) Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh. c) Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya d) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat e) Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung  f) Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari g) Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata dan tingkatan nilai h) Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga i) Mencapai kebebasan pribadi.
Perkembangan seorang anak seperti yang telah banyak terurai di atas, tidak hanya terbatas pada perkembangan fisik saja tetapi juga pada perkembangan mental, sosial dan emosional. Selain itu, ada beberapa perkembangan yang terdapat dalam proses perkembangan pada anak, diantaranya adalah perkembangan emosi dan perkembangan bermain. 
B. ISI
1. Perkembangan emosi
a. Pola Perkembangan Anak
Secara emosional kemampuan untuk bereaksi sudah ada sejak bayi itu lahir. Namun bayi tidak memperlihatkan reaksi keadaan emosional yang spesifik. Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai reaksi yang sederhana mengesankan tentang kesenangan dan ketidaksenangan. Sebelum bayi berusia 1 tahun, ekspresi emosional diketahui serupa dengan ekspresi orang dewasa. Dengan meningkatnya usia anak, reaksi emosional mereka menjadi kurang menyebar, kurang sembarangan, dan lebih dapat dibedakan.  Emosi dapat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak karena beberapa alasan karena:
Emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari
Bahkan emosi seperti kemarahan dan ketakutan juga menambah rasa nikmat bagi kehidupan dengan memberikan suatu kegemiraan. Kenikmatan tersebut terutama ditimbulkan oleh akibat yang menyenangkan.
Emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan
Emosi yang semakin kuat akan semakin mengguncangkan keseimbangan tubuh untuk persiapan bertindak. Jika persiapan ini ternyata tidak berguna, anak akan gelisah dan tidak tenang.
Ketegangan emosi mengganggu keterampilan motorik
Persiapan tubuh untuk bertindak ternyata menimbulkan gangguan pada keterampilan motorik sehingga anak menjadi canggung dan dapat menyebabkan timbulnya gangguan bicara seperti bicara yang tidak jelas dan menganggap.
Emosi merupakan suatu bentuk komunikasi
Melalui perubahan mimik wajah dan fisik yang menyertai emosi, anak-anak dapat mengonsumsikan perasaan mereka kepada orang lain dan mengenal berbagai jenis perasaan orang lain.
Emosi mengganggu aktivitas mental
Karena kegiatan mental seperti konsentrasi, pengingatan, penalran dan lain-lain sangat mudah dipengaruhi oleh emosi yang kuat, anak-anak menghasilkan prestasi di bawah kemampuan intelektual mereka apabila emosi mereka terganggu.
Emosi merupakan sumber penilaian diri dan sosial
Orang dewasa menilai anak dari cara anak mengekspresikan emosi dan emosi apa saja yang dominan. Perlakuan orang dewasa yang didasarkan atas penilaian tersebut merupakan dasar bagi anak untuk melakukan penilaian diri.
Emosi mewarnai pandangan anak terhadap kehidupan
Bagaimana anak-anak memandang peran mereka dalam kehidupan dan posisi mereka dalam kehidupan dan posisi mereka dalam kelompok sosial dipengaruhi oleh emosi yang ada pada tempat seperti malu, takut, agresif, ingin tahu atau bahagia.
Emosi mempengaruhi interaksi sosial
Semua emosi, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan mendorong interaksi sosial. Melalui emosi anak belajar cara mengubah perilaku agar dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan dan ukuran kelas sosial.
Emosi memperlihatkan kesannya pada ekspresi wajah
Emosi yang menyenangkan akan mempercantik wajah anak-anak, sadangkan emosi yang tidak menyenagkan akan menyuramkan wajah dan menyebabkan anak-anak jadi kurang menarik. Karena umumnya orang tertarik atau tidak, tergantung pada ekspresi wajah, emosi memainkan peran penting bagi penerimaan sosial.
Emosi mempengaruhi suasana psikologis
Baik di rumah, sekolah, tetangga ataupun pada kelompok bermain, emosi anak akan mempengaruhi suasana psikologis yang terjadi, demikian juga sebaliknya. Anak yang temper tantrum menjengkelkan dan mempermalu orang lain, sehingga mengubah suasana psikologis kepada kemarahan dan kebencian. Hal ini membuat anak merasa tidak dicintai dan tidak diinginkan.
Reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi kebiasaan
Setiap ekspresi emosi yang memuaskan anak akan diulang-ulang, pada suatu saat yang tertentu akan berkembang menjadi kebiasaan. Dengan tumbuhnya anak, jika mereka menjumpai reksi sosial yang tidak menyenangkan, mereka akan mendapatkan kesukaran untuk mengubah kebiasaan.
b. Kondisi yang mempengaruhi perkembangan emosi
Sejumlah studi tentang emosi anak telah menyingkapkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung sekaligus pada faktor pemtangan (maturation) dan faktor belajar, dan tidak semata-mata bergantung pada salah satunya. Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal masa kehidupan tidak berarti tidak ada. Reaksi emosional itu mungkin akan muncul di kemudian hari, dengan adanya pematangan dan sistem indoktrin.
Pematangan dan belajar berjalin erat satu sama lain akan mempengaruhi perkembangan emosi sehingga pada saatnya akan sulit untuk menentukan dampak relatifnya. Bukti tentang peran yang dimainkan faktor pematangan dan faktor belajar dalam perkembangan emosi diantaranya:
Peran Pematangan
Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti, memperhatikan satu rangsangan dalam jangka waktu yang lebih lama dan memutuskan ketegangan emosi pada satu obyek. Demikian pula, kemampuan mengingat dan menduga mempengaruhi reaksi emosional. Dengan demikian, anak-anak menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi merekaa pada usia yang lebih muda.
Peran Belajar
Lima jenis kegiatan belajar turut menunjang pola perkembangan emosi pada masa kanak-kanak. Metode belajar apa saja yang ada dan bagaimana metode tersebut menunjang perkembangan emosi anak-anak. Sebagai contoh bayi yang baru lahir tidak mampu mengekspresikan kemarahan kecuali dengan menangis. Dengan adanya kematangan sistem syaraf dan otot, anak-anak mengembangkan potensi untuk barbagai macam reaksi. Pengalaman belajar mereka akan menentukan reaksi potensial mana yang akan mereka gunakan untuk menyatakan kemarahan.
c. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi
Belajar secara coba dan ralat
Anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan pemuasan.
Belajar dengan cara meniru
Dengan cara mengamati hal yang membangkitkan emosi tertentu pada orang lain, anak-anakbereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang lain yang diamati.
Belajar dengan cara mempersamakan diri
Sama dengan belajar secara menirukan yaitu anak menirukan reaksi emosional orang lain dan tergugah oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru.
Belajar melalui pengkondisian
Pengkondisian berarti belajar dengan cara asosiasi. Dalam metode ini obyek dan situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. Metode ini berhubungan dengan aspek rangsangan, bukan dengan aspek reaksi.
Pelatihan
Pelatihan (training) atau belajar dibawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.
d. Ciri khas emosi anak
Emosi anak kecil berbeda dengan emosi anak yang lebih tua tau orang dewasa. Pola emosi secara umum: 
Rasa takut
Kekuatan tertentu pada secara khas dijumpai pada usia tertentu dan karenanya disebut sebagai ketakutan yang khas untuk taraf usia tersebut. Rangsangan yang pada umumnya menimbulkan rasa takut pada bayi ialah suara keras, binatang, kamar yang gelap, tempat yang tinggi, berada seorang diri, rasa sakit, orang yang tidak dikenal, tempat dan obyek yang tidak dikenal.
Rasa marah
Rasa marah adalah ekspresi yang lebih sering diungkapkan pada masa kanak-kanak jika dibandingkan dengan rasa takut. Kemarahan merupakan cara yang efektif untuk memperolah perhatian atau memenuhi keinginan mereka.
Rasa cemburu
Rasa cemburu adalah reaksi normal terhadap kehilangan kasih sayang yang nyata, dibayangkan, atau ancaman kehilangan kasih sayang.
Dukacita
Dukacita adalah trauma psikis, suatu kesengsaraan emosional yang ditimbulkan oleh hilangnya sesuatu yang dicintai.
e. Kondisi yang ikut mempengaruhi emosi dominan
Kondisi kesehatan
Suasana rumah
Cara mendidik anak
Hubungan dengan para anggota keluarga
Hubungan dengan teman sebaya
Perlindungan yang berlebih-lebihan
Aspirasi orang tua
Bimbingan


2. PERKEMBANGAN BERMAIN
a. Arti Bermain 
Bermain (play) merupakan istilah yang digunakan secara bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang. Atau diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan bermain adalah kegiatan yang tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realitas luar.
b. Pengaruh bermain bagi perkembangan anak
Perkembangan fisik
Bermain aktif penting bagi anak untuk mengembnagkan otot dan melatih seluruh bagian tubuhnya. Bermain juga berfungsi sebaagai penyalur tenaga yang berlebihan yang bila terpendam terus akan membuat anak tegang, geli dan mudah tersinggung.
Dorongan berkomunikasi
Agar dapat bermain dengan baik bersama yang lain, anak harus belajar berkomunikasi dalam arti mereka dapat mengerti dan sebaliknya mereka harus belajar mengerti apa yang dikomunikasikan anak lain.
Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam
Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat dipenuhi dengan caara lain seringkali dapat dipenuhi dengan bermain. Anak tidak mmpu mencapai peran pemimpin dalam kehidupan nyata mungkin akan memperolah pemenuhan keinginan itu dengan menjadi pemimpin tentara mainan.
Sumber belajar
Bermain memberi kesempatan untuk mempelajari berbagai hal melalui buku, televisi, atau menjelajah lingkungan yang tidak diperoleh anak dari belaajar di rumah atau sekolah.
Rangsangan bagi kreativitas
Melalui eksperimen dalam bermain, anak-anak menemukan bahwa merancang sesuatu yang berbeda dan baru dapat menimbulkan kepuasan. Selanjutnya mereka dapat mengalihkan minat kreatifnya ke situasi di luar dunia bermain anak.
Perkembangan wawasan diri
Dengan bermain anak mengetahui tingkat kemampuannya dibandingkan dengan temannya bermain. Ini memungkinkan mereka untuk mengembangkan konsep dirinya dengan lebih pasti dan nyata.
Belajar bermasyarakat
Dengan bermain bersama anak lain. Mereka belajar bagaimana membentuk hubungan sosial dan bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan tersebut.
Standar moral
Walaupun anak belajar di rumah dan di sekolah tentang apa saja yang dianggap baik dan buruk oleh kelompok , tidak ada pemaksaan standar moral paling teguh selain dalam kelompok bermain.
Belajar bermain sesuai dengan jenis kelamin
Anak belajar di rumah dan di sekolah mengenai apa saja peran jenis kelamin yang disetujui. Akan tetapi, mereka segera menyadari bahwa mereka juga harus menerimanya bila ingin menjadi anggota kelompok bermain.
Perkembangan ciri pribadi
Dari hubungan dengan anggota kelompok teman sebaya dalam bermain, anak belajar bekerja sama, murah hati, jujur, sportif dan disukai orang.
c. Tahapan Perkembangan Bermain
Tahapan eksplorasi
Hingga bayi berusia sekitar 3 bulan, permainan mereka terutama terdiri atas melihat orang dan benda serta melakukan usaha acak untuk menggapai benda yang diacungkan dihadapannya. Selanjutnya, mereka dapat mengendalikan tangan sehingga cukup memungkinkan bagi mereka untuk mengambil, memegang dan mempelajari benda kecil. Setelah mereka dapat merangkak atau berjalan, mulai memperhatikan apa saja yang berada dalam jarak jangkauannya.
Tahapan permainan
Beramain barang mainan dimulai pada tahun pertama dan mencapaai puncaknya pada usia antara 5 dan 6 tahun. Pada mulanya anak hanya mengeksplorasi mainannya. Antara 2 dan 3 tahun, mereka membayangkan bahwa mainannya mempunyai sifat hidup dapat bergerak, berbicara, dan merasakan. Dengan semakin berkembangnya kecerdasan anak, mereka tidak lagi menganggap benda mati sebagai sesuatu yang hidup dan hal ini mengurangi minatnya pada barabg mainan. Faktor lain yang mendorong penyusutan minat dengan barang mainan ini adalah bahwa permaian itu sifatnya menyendiri sedangkan mereka menginginkan teman. Setelah masuk sekolah, kebanyakan anak menganggap bermain barang mainan sebagai “permainan bayi”.
Tahapan bermain
Setelah masuk sekolah, jenis permainan mereka sangat beragam. Semula, mereka meneruskan bermain dengan barang mainan, terutama bila sendirian, selain itu mereka merasa tertarik denagn permainan, olah raga, hobi, dan bentuk permainan matang lainnya.
Tahap melamun
Semakin mendekati masa puber, mereka mulai kehilangan  minat dalam permainan yang sebelumnya disenangi dan banyak menghabiskan waktunya dengan melamun. Melamun, yang merupakan ciri khas anak remaja, adalah saat berkorban, saat mereka menganggap dirinya tidak diperlakukan dengan baik dan tidak dimengerti oleh siapapun.
d. Faktor Yang Mempengaruhi Permainan Anak
Kesehatan
Semakin sehat anak semakin banyak energinya untuk bermain aktif.
Perkembangan motorik
Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam permaian aktif.
Intelegensi
Anak yang pandai menunjukkan keseimbangan perhatian bermain yang lebih besar, termasuk upaya menyeimbangkan faktor fisik dan intelektual yang nyata.
Jenis kelamin
Anak laki-laki bermain lebih kasar ketimbang anak perempuan dan lebih menyukai permainan dan olahraga ketimbang jenis permainan lain.
Lingkungan 
Anak dari lingkungan buruk, kurang waktu, peralatandan ruang.
Status sosial ekonomi
Anak dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi lebih menyukai kegiatan yang mahal, seperti lomba atletik, bermain sepatu roda, sedangkan mereka dari kalangan bawah terlihat dalam kegiatan yang tidak mahal.
Jumlah waktu bebas
Jumlah waktu bermain terutama bergantung pada status ekonomi keluarga.
Peralatan bermain
Peralatan permaian yang dimiliki anak mempengaruhi permainannya.



C. KESIMPULAN
Perkembangan emosi pada anak sebenarnya sulit diukur. Variasi emosi pada anak juga banyak. Variasi ini sangat bergantung dengan kondisi lingkungan anak, jadi emosi itu menentukan respon apa yang diberikan pada lingkungannya. Emosi ini juga kebutuhan lho, jadi anak perlu untuk memperlihatkan emosinya, bisa dikatakan terpenuhi kebutuhan emosinya jika emosi yang dikeluarkan dapat dikendalikan dengan baik.
Emosi sangat memainkan peranan penting dalam kehidupan, meskipun demikian sangat sukar mempelajari perkembangan emosi anak, karena informasi tentang aspek emosi yang subyektif hanaya dapat diperoleh dengan cara introspeksi, sedangkan anak tidak dapat menggunakan cara tersebut dengan baik karena mereka masih berusia sangat mudah.
Bermain merupakan proses alamiah dan naluriah yang berfungsi sebagai nutrisi dan gizi bagi kesehatan fisik dan psikis anak dalam masa perkembangannya. Aktivitas bergerak (moving) dan bersuara (noice) menjadi sarana dan proses belajar yang efektif buat anak, proses belajar yang tidak sama dengan belajar secara formal di sekolah. Bisa dianalogikan bahwa bermain sebagai sebuah praktik dari teori sosialisasi dengan lingkungan anak. Dengan bermain, anak bisa merasa bahagia. Rasa bahagia inilah yang menstimulasi syaraf-syaraf otak anak untuk saling terhubung, sehingga membentuk sebuah memori baru Memori yang indah akan membuat jiwanya sehat, begitupun sebaliknya. Karena itu, banyak manfaat dari bermain untuk mengoptimalkan perkembangan anak
Bermain bagi anak dapat menyeimbangkan motorik kasar seperti berlari, melompat atau duduk, serta motorik halus seperti menulis, menyusun gambar atau balok, menggunting dan lain-lain. Keseimbangan motorik kasar dan halus akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis anak. Secara tidak langsung, permainan merupakan perencanaan psikologis bagi anak untuk mencapai kematangan dan keseimbangan di masa perkembangannya

Semua orang tua pasti menyayangi anak-anaknya, bersedia melakukan yang terbaik untuk anak-anaknya. Namun, bentuk kasih sayang yang kurang bijaksana seringkali membelenggu kebebasan jiwa anak. Anak adalah jiwa yang bernyawa, hati yang berperasaan dan jasad yang berpemikiran. Biarkan anak bahagia dengan dunianya, karena kebahagiaan di masa kecil turut menentukan kualitas hidupnya di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA
“Tugas-tugas Perkembangan Anak”. Tersedia pada http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/tugas-tugas-perkembangan-anak/. Dikutip pada tanggal 12 Juli 2011.
http://silmya.wordpress.com/2010/11/03/perkembangan-emosi-anak/
http://niahidayati.net/manfaat-bermain-bagi-perkembangan-anak.html
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak Jilid 1. Indonesia: Erlangga.