INDONESIA RAYA

Indonesia tanah air beta pusaka abadi nan jaya

BUKUKU

seribu buku................................

catur

bermain catur bersama-sama sungguh senangnya

ini buku

biar pintar banyak-banyaklah membaca buku

iklan buku

yuk mari kitabeli buku biar banyak referensi....

Jumat, 15 Juni 2012

PESIAR

Rabu, 13 Juni 2012

PERENCANAAN USAHA

PERENCANAAN USAHA
TUGAS MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN
DOSEN PENGAMPU : R.B. SUHARTA, M. PD




NADRA YUNIA AYUNINGTYAS
10102241026
PLS A



PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012

PERENCANAAN USAHA

Usaha yang saya rencanakan adalah usaha dalam bidang produksi makanan. Adapun produk yang saya buat ialah makanan camilan berupa “keripik tempe iblis”. Alasan saya memproduksi camilan tersebut karena sekarang ini banyak  permintaan konsumen pasar yang menginginkan adanya inovasi terhadap makanan camilan yang sudah ada sebelumnya. Untuk itu saya berinovasi dengan menambahkan rasa pedas pada keripik tempe ini. Saya menamakan produk tersebut dengan nama “keripik tempe iblis” adalah karena inovasi baru berupa rasa pedas serta agar para pelaggan lebih penasaran sehingga berminat untuk membeli produk yang saya buat. Apalagi sekarang juga banyak bermunculan berbagai macam aneka camilan yang menambahkan rasa pedas dalam produksinya seperti contoh keripik singkong pedas, keripik kentang pedas, dsb namun dalam pasar masih jarang saya temui inovasi rasa pedas dalam keripik tempe. Karena alasan tersebut saya membuat keripik tempe iblis.
Dalam perencanaan usaha ini, rincian kegiatan-kegiatan yang saya lakukan diantaranya adalah :
1. Pengamatan pasar
Pengamatan pasar ini menjadi salah satu aspek terpenting, bisa dibilang paling utama sebelum kita melakukan perencanaan usaha. Pengamatan pasar sejatinya berfungsi untuk mengetahui seperti apa keadaan pasar dan barang apa yang sedang diminati serta yang paling banyak dicari oleh konsumen. Pengamatan pasar harus dilakukan secara jeli agar tidak terjadi kesalahan persepsi. Pengamatan pasar saya lakukan disekitar daerah Moyudan yaitu di pasar-pasar tradisional. Dalam pengamatan pasar yang saya lakukan memperoleh hasil bahwa para masyarakat/konsumen banyak yang menyukai makanan kecil berupa camilan. Namun dalam kenyataannya mereka sedikit merasa bosan dengan camilan yang hanya begitu-begitu saja. Mereka membutuhkan suatu makanan camilan yang berinovasi baru.

2. Penentuan usaha
Setelah selesai melakukan pengamatan pasar, hal selanjutnya yang mesti dilakukan adalah menentukan usaha. Dalam pengamatan pasar yang sebelumnya sudah dilakukan pasti memperoleh hasil tentang apa yang sedang diminati dan dibutuhkan oleh para konsumen. Sesuai dari pengamatan diatas maka saya menentukan untuk membuat sebuah usaha makanan camilan yang mempunyai inovasi rasa baru yaitu rasa pedas. Inovasi tersebut saya aplikasikan pada keripik tempe. Kenapa saya memilih keripik tempe karena menurut pengamatan pasar, banyak konsumen yang menyukai keripik tempe dan makanan camilan tersebut dapat dijangkau serta disukai berbagai kalangan mulai dari anak-anak sampai pada mereka yang sudah dewasa. 

3. Mempersiapkan modal
Modal dalam usaha produksi camilan ini tidaklah terlalu besar. Dikatakan demikian karena karena sebenarnya kegiatan produksi keripik tempe dapat menggunakan peralatan dapur sederhana yang biasa dipekai oleh kebanyakan ibu rumah tangga untuk memasak. Saya menententukan modal sebesar Rp. 6.120.000,- adapun rinciannya ada dalam penghitungan BEP (Break Event Point).

4. Mempersiapkan tempat usaha
Tempat usaha ini saya tentukan di rumah saya sendiri yang beralamat di Moyudan Sleman Yogyakarta. Saya memilih rumah sendiri karena adanya pertimbangan bahwa lebih efisien dan hemat selain itu saya juga dapat mengerjakan kegiatan produksi dengan santai karenan bertempat di rumah sendiri. Rumah saya akan dirubah seperti halnya sebuat pabrik/industri rumah tangga kelas kecil. Dalam hal ini, rumah juga saya jadikan sebagai tempat pemasaran produk dengan memajang keripik tempe iblis di etalase depan rumah. Hal tersebut saya pilih karena rumah saya berada dalam tempat yang strategis yaitu di pinggir jalan raya sehingga banyak masyarakat yang lalu lalang didepan rumah. 

5. Kegiatan produksi 
Kegiatan produksi ini dimulai dengan beberapa langkah, adapun tahapan langkahnya adalah:
a. Membeli bahan baru berupa tempe, tepung terigu, bumbu dapur, bubuk cabe serta minyak goreng
b. Menyiapkan peralatan seperti kompor, wajar, serok-solet, wadah besar, baskom
c. Setelah semua bahan baku terkumpul barulah membuat bumbu dan mengiris tempe secara tipis-tipis kemudian tempe tersebut di campur dengan bumbu setelah itu digoreng sampai krispi.
d. Selesai digoreng, keripik tempe setengah jadi tersebut ditiriskan sabil diberi bubuk cabe dan diaduk secara perlahan agar semua dapat tercampur.
e. Hal selanjutnya adalah finishing dengan pengepakan kedalam bungkus-bungkus plastik.
f. Hal terakhir dalam proses produksi adalah pemasaran produk dan pendistribusian produk kepada konsumen.
Kegiatan produksi saya lakukan setiap seminggu sekali jadi tidak setiap hari saya melakukan kegiatan produksi. Hal tersebut saya lakukan karena mengingat waktu saya yang sebagian besar masih untuk kulih dan produksi keripik tempe iblis masih dalam skala kecil.

6. Promosi 
Setelah melakukan kegiatan produksi, hal yang saya lakukan adalah kegiatan promosi. Promosi sangat dibutuhkan bagi keberlangsungan kegiatan usaha apalagi sebuah usaha baru. Adapun cara promosi sederhana yang saya lakukan adalah dengan membuat pamflet yang saya bagi-bagikan kepada masyarakat dan saya tempel di tempat-tempat ramai. Pamflet yang saya buat cukup menarik sehingga diharapkan setiap mereka yang membaca pamflet akan tertarik untuk mencoba membeli produk keripik tempe iblis ini. Contoh Pamflet ada di bagian belakang. Selain itu, saya juga menyediakan keripik tempe tester untuk dicoba oleh masyarakat sehingga dengan mencoba produk saya mereka ingin membeli keripik tempe iblis. Kemudian apabila ada event seperti pameran produk makanan akan saya ikitu sebagai rangkaian dari kegiatan promosi saya. Dalam setiap pameran biasanya pengunjungnya cukup banyak sehingga sangat baik untuk mengenalkan produk yang saya buat.

7. Pekerja 
Dalam usaha produksi keripik tempe iblis ini saya mengerjakan semua rangkaian usahanya sendiri. Saya mengambil langkah tersebut karena memproduksi keripim tempe iblis cukup mudah dan tidak perlu banyak pekerja selain itu saya baru memproduksi dalam partai kecil. Mungkin jika usaha produksi keripik tempe iblis ini sudah berkembang dan banyak permintaan saya akan merekrut pekerja tambahan untuk membantu dalam rangka proses produksi.

8. Menentukan pemasaran/konsumen
Untuk pemasaran hasil produksi saya akan memasarkannya di warung-warung terdekat dan saya pajang di etalase rumah saya yang dibuat seperti outlet. Warung-warung terdekat saya pilih sebagai tempat pemasaran karena banyak konsumen yang sering berbelanja ke warung. Diharapkan mereka yang berbelanja di warung melihat produk keripik tempe iblis milik saya mereka menjadi tertarik dan membelinya. Diharapkan keripik tempe iblis ini dapat disukai oleh semua kalangan dari anak-anak sampai dewasa. 


9. Proses distribusi
Proses pendistribusian saya lakukan dengan mengantarkan kepada konsumen ataupun warung-warung untuk dititipkan serta memajangnya di etalase rumah. Pendistribusian akan saya lakukan sendiri dengan mengggunakan alat transportasi sepeda motor. Adapun saya melakukan pendistribusian produk keripik tempe iblis setiap seminggu sekali. Jadi apabila sudah mencapai seminggu maka saya akan mendistribusikan produk yang baru.

Penghitungan BEP (break Event Point)
Biaya tetap
Penyusutan kompor Rp. 100.000,-
Penyusutan kendaraan Rp. 5.000.000,-
Tenaga Rp. 350.000,-
Penyusutan wadah (baskom, dsb) Rp. 50.000,-
______________ +
Rp. 6.000.000,-

Biaya variabel
Tempe Rp. 30.000,-
Tepung terigu Rp. 15.000,-
Gas Rp. 15.000,-
Bubuk cabe Rp. 20.000,-
Minyak goreng Rp. 20.000,-
Bumbu dapur(garam, merica,dsb) Rp. 10.000,-
Plastik pembungkus Rp. 10.000,-
______________ +
Rp. 120.000,-


BEP = 6.000.000
    (4.500 x 100) – 120.000
 = 6.000.000
     450.000 – 120.000
 = 18,18 unit

BEP dalam 1 tahun = 18 x 365 = 6.570 unit

PENGARUH BUDAYA MASYARAKAT TERHADAP PERKEMBANGAN INDIVIDU SEBAGAI WARGA MASYARAKAT

PENGARUH BUDAYA MASYARAKAT TERHADAP PERKEMBANGAN INDIVIDU SEBAGAI WARGA MASYARAKAT
SOSIO-ANTROPOLOGI PENDIDIKAN 
Pengaruh Budaya Masyarakat Terhadap Perkembangan Individu Sebagai Warga Masyarakat
DosenPengampu :Nur Djazifah ER, M.Si








OLEH :
Sri Mulyani
Lucya Purnamasari 10102241011
Nadra Yunia A 10102241026
Shelly Aprillia 10102241027
Efrita Nur PSS 10102241030









PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012

Kebudayaan di antara masyarakat
Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki sub-kebudayaan (atau biasa disebut sub-kultur), yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaan dari kebudayaan induknya. Munculnya sub-kultur disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya karena perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas, aesthetik, agama, pekerjaan, pandangan politik dan gender.
Ada beberapa cara yang dilakukan masyarakat ketika berhadapan dengan imigran dan kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan asli. Cara yang dipilih masyarakat tergantung pada seberapa besar perbedaan kebudayaan induk dengan kebudayaan minoritas, seberapa banyak imigran yang datang, watak dari penduduk asli, keefektifan dan keintensifan komunikasi antar budaya, dan tipe pemerintahan yang berkuasa.
Monokulturalisme: Pemerintah mengusahakan terjadinya asimilasi kebudayaan sehingga masyarakat yang berbeda kebudayaan menjadi satu dan saling bekerja sama.
Leitkultur (kebudayaan inti): Sebuah model yang dikembangkan oleh Bassam Tibi di Jerman. Dalam Leitkultur, kelompok minoritas dapat menjaga dan mengembangkan kebudayaannya sendiri, tanpa bertentangan dengan kebudayaan induk yang ada dalam masyarakat asli. Melting Pot: Kebudayaan imigran/asing berbaur dan bergabung dengan kebudayaan asli tanpa campur tangan pemerintah.
Multikulturalisme: Sebuah kebijakan yang mengharuskan imigran dan kelompok minoritas untuk menjaga kebudayaan mereka masing-masing dan berinteraksi secara damai dengan kebudayaan induk. Alasan sederhana yang dapat menjelaskan tentang mengapa seseorang pada akhirnya memutuskan untuk berkompromi dan berpartisipasi dengan lingkungan dan budaya barunya adalah bahwa manusia merupakan makhluk sosial. Manusia membutuhkan orang lain untuk dapat bertahan dalam kondisi apapun juga. Mungkin seseorang dapat tahan hidup terasing, tetapi tidak untuk waktu yang lama.  Apabila orang yang baru masuk ke dalam sebuah budaya yang baru, karena ketidakcocokan yang dirasakan, awalnya mungkin dia merasa lebih baik sendiri dalam menjalani kehidupannya. Namun hal itu lama-lama akan membuat dia merasa kesepian. Dia kesepian karena merasa diri hanya hidup seorang diri, dalam lingkungan yang asing pula.
Kesepian tersebut akan membuat pertumbuhan pribadinya seolah berhenti dan membuat kehidupan tanpa arti, serta akan berakhir dengan kegagalan berlanjut. Selain itu akan mengembangakan kecemasan, depresi serta membuatnya menjadi sangat rentan terhadap tekanan, dan kehilangan masa lalu. Akhirnya dia akan merasa kehilangan hakikat kemanusiaannya, bahkan bisa mematikan. Keadaan ini tentu saja terasa sangat menyakitkan. Kesepian bisa disebabkan oleh perasaan terisolasi dan perasaaan tidak bergabung dalam suatu kelompok pergaulan tertentu dimana seseorang bisa berbagi daam hal minat, kesusahan, perhatian, dan memberi perasaan berada dalam satu komunitas tertentu. Inilah yang dialami oleh orang yang memilih menjauh dari lingkugan dan budaya yang baru.
Sebenarnya, perasaan berada dalam suatu komunitas tertentu akan menghindarkan seseorang dari rasa terisolasi secara emosional karena tidak memiliki  relasi yang mendalam seperti halnya relasi pada pasangan kekasih atau pasangan perkawinan, orangtua dan anak-anak yang memberikan penghayatan emosional yang erat. Sebenarnya terpenuhinya kebutuhan pertemaan dan kebutuhan dukungan sosial-lah yang membuat orang tidak merasa sendiri walaupun di saat tertentu dia bisa saja secara fisik sendiri. Jadi tidak terjalinnya relasi yang intim serta tidak terjalinnya hubungan yang memuaskan pada akhirnya membuat orang yang sedang mengalami gegar budaya merasa kesepian serta mengalami keadaan yang membuat dia merasa tidak bahagia dan tidak nyaman. Karena sebenarnya tanpa teman-teman, kehidupan bukanlah kehidupan sebenarnya.
Kebutuhan akan pertemanan ini sangat terkait dengan hubungan interpersonal yang dijalin oleh orang yang sedang beradaptasi dengan lingkungan dan budaya yang baru saja dimasukinya. Apakah hubungan yang dia miliki terjalin dengan baik atau tidak. Memang mungkin akan ada hambatan ketika pertama kali orang tersebut melakukan interaksi. Namun sebenarnya hubungan interpersonal bukanlah sesuatu hal yang mewah untuk dapat diraih. Seseorang dapat belajar menggapai orang lain untuk dapat menjalin relasi. Hubungan interpersonal ini sedemikian penting sehingga harus benar-benar berjalan dengan lancar. Karena hubungan interpersonal terutama dengan kelompok kecil yang memiliki kesamaan dengan kita merupakan kunci perkembangan dan pertumbuhan personal, identitas, produktivitas, sukses dalam studi, perasaan berarti, memiliki kehidupan yang berkualitas, sehat fasik dan mental, kemampuan aktualisasi diri, serta kemampuan mengatasi tekanan hidup dan tentu saja mendapatkan hakikat kemanusiaan.
Kebutuhan akan hubungan atau relasi interpersonal pada diri seseorang kemungkinan bisa kurang, berlebihan, atau ideal. Ketika orang pertama kali memasuki kelompok, biasanya orang tersebut cemas bagaimana seharusnya dia menyesuaikan diri. Dia akan takut diabaikan, cemas bagaimana harus melibatkan diri dengan kelompok dan berhubungan dengan anggota kelompok lain atau dengan kata lain sejauh mana dirinya harus melakukan interaksi sosial. Pada satu sisi seseorang yang sedang mengalami gegar budaya ingin memasuki kegiatan yang dilakukan oleh kelompok yang ada dalam lingkungannya yang baru. Disisi lain orang tersebut tidak ingin terlalu terlibat dengan orang-orang yang tidak dikenalnya dengan baik. Dalam situasi seperti ini, beberapaorang akan bereaksi berlebihan (over-react) atau malah kekurangan (under-react). Bila beraksi berlebihan, seseorang akan mendominasi percakapan, tetapi bila kurang beraksi pada inklusi sosial dalam kelompok, biasanya orag tersebut menarik diri dari percakapan. Hal ini baru dapat teratasi –kondisi akan menjadi ideal- apabila kita telah menjadi anggota kelompok yang mapan, karena dengan sendirinya kita akan mempertahankan jumlah keterlibatan sosial yang tepat. Hubungan interpersonal sangat penting untuk perkembangan perasaan kenyamanan personal seseorang dalam berbagai lingkup sosial. Hal itu akan membantu orang tersebut dalam pertumbuhan dan perkembangan kognitif dan sosialnya, membangun identitas personal yang koheren dan positif, serta keyakinan akan hubungan dia dengan realitas sosial. Dan semua itu tentu akan membantunya mengatasi ketidaknyamanan dan berbagai masalah karena gegar budaya.

Dalam menjalin hubungan dengan orang lain ini, sebenarnya dia sedang menerapkan prinsip afiliasi. Prinsip tersebut menyatakan bahwa manusia mempunyai kecendrungan atau hasrat untuk berteman maupun bergabung dengan manusia lain yang memiliki kesamaan dengannya. Dorongan untuk berafiliasi ini umumnya disebabkan oleh faktor biologis, bahwa manusia memang tergolong jenis yang membutuhkan kawan. Pada dasarnya perkembangan manusia mengikuti pola perluasan saling ketergantungan antar diri seseorang yang satu dengan orang yang lain. Pertumbuhan dan perkembangan sosial dan intelektual seseorang ditentukan oleh kualitas dan esensi dari relasinya dengan orang lain. Identitasnya akan terbangun melalui relasi dengan orang lain. Karena selagi orang tersebut berinteraksi dengan orang lain dia akan memperhatikan respons orang lain itu terhadap dirinya. Kemudian dia akan mencari umpan balik melalui bagaimana mereka mengamati dirinya dan bagaimana orang tersebut belajar memandang dirinya sendiri seperti orang lain memandang dia. Melalui refleksi dari orang lainlah seseorang mengembangkan gambaran yang jelas dan cermat tentang dirinya sendiri.
Dalam relasi dengan lingkungan, seseorang harus mengadopsi aturan sosial yang menyertai posisi dirinya. Apakah dalam perannya sebagai mahasiswa, teman, junior, atau posisi lainnya. Hanya dalam interelasi dengan orang lainlah orang tersebut akan menemukan siapa sebenarnya identitas pribadinya. Secara implisit dalam setiap relasi, seseorang akan memohon pada orang lain untuk menilainya sebagai individu. Serta merta pula dalam relasinya dengan orang lain akhirnya orang tersebut membutuhkan untuk memberi dan menerima konfirmasi tentang keberadaannya disekitar orang lain.Setelah seseorang yang mengalami gegar budaya  menyadari semua hal diatas, maka diapun akan segera berpikir untuk menyelesaikan semua hal yang dia anggap menjadi masalah selama dia berada pada lingkungan dan budaya baru. Serta mengambil keputusan mengenai bertahan atau tidaknya dia di dalam kehidupan barunya.
Teori-teori mengenai prinsip-prinsip perkembangan individu akan kami urai berdasarkan pendapat para ahli sebagaimana dikutip oleh Agoes Dariyo dalam beberapa versi pandangan atau pendapat, antara lain menurut Paul Baltes bahwa ada enam prinsip perkembangan yakni :
a. Perkembangan berlangsung sepanjang hayat.
Manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan sepanjang hayatnya, dimulai sejak masa pranatal, bayi anak usia dini, anak pra sekolah, anak tengah dewasa muda, dewasa madya, dewasa akhir dan kematian.

b. Perkembangan ditandai dengan kesempatan untuk memilih suatu penga-laman tertentu dan mengabaikan kesempatan pengalaman yang lain.
Prinsip ini mengindikasikan bahwa perkembangan manusia selalu disertai oleh dua hal yaitu prinsip memperoleh sesuatu dan prinsip kehilangan sesuatu. Prinsip memperoleh sesuatu adalah bahwa perkembangan manusia ditandai dengan peningkatan kompetensi, keterampilan dan pengalaman. Sedangkan prinsip kehilangan sesuatu adalah setiap individu dihadapkan pada berbagai pilihan yang harus dipilih. Pilihan yang menjadi prioritas merupakan pilihan yang sesuai dengan potensi, minat, kemampuan dan bakatnya. Oleh karena itu seorang individu hanya akan mengembangkan satu keterampilan tertentu sesuai dengan minat dan bakatnya.Jadi pilihan yang lain tidak mungkin dapat ditekuni dengan maksimal.

c. Pengaruh faktor biologi dan sosio-budaya bersifat relatif terhadap perkembangan.
Maksudnya adalah bahwa faktor biologi dan sosio-budaya memiliki pengaruh terhadap perkembangan psikologis manusia, namun faktor mana yang paling berpengaruh terhadap perkembangan psikologisnya tidak dapat ditentukan secara pasti.

d. Perkembangan manusia melibatkan berbagai stimulus internal maupun eksternal.
Stimulus internal yaitu rangsangan yang berasal dari dalam diri individu, seperti motif, minat, bakat, kecerdasan, kreativitas, kepribadian, sifat-sifat dan sebagainya. Sedangkan stimulus eksternal yaitu rangsangan yang berasal dari luar individu, seperti hadiah, contoh atau teladan, buku, media cetak dan sebagainya. Kedua sumber stimulus tersebut mempengaruhi individu untuk mengembangkan diri sesuai pilihan minat dan bakatnya.

e. Perkembangan manusia bersifat fleksibel dan berubah-ubah.
Manusia dapat berkembang sesuai dengan keinginan, motif maupun dorongan dari dalam diri dan juga dapat berkembang setelah menerima pengaruh dari luar dirinya. Oleh karena itu perkembangan manusia dapat diarahkan, direncanakan dan dimodifikasi untuk memperoleh perubahan-perubahan yang semakin baik demi optimalisasi potensi individu.

f. Perkembangan manusia sangat dipengaruhi oleh konteks sejarah dan sosial budaya.
Perkembangan manusia tidak terlepas dari pengaruh masa lalu. Setiap individu dilahirkan dan dipelihara oleh orang tuanya. Mereka mendidik, mengajar dan membina anak-anaknya sesuai dengan latar belakang pendidikan, kemampuan dan pengalaman masa lalunya. Bangsa Indonesia memiliki pengalaman penjajahan bangsa asing, tentu saja berpengaruh pada perkembangan kepribadian anak-anak, remaja maupun orang dewasa. (Dariyo, 2007:21-23).

Sementara menurut Jean Piaget ada empat prinsip perkembangan yang dialami oleh manusia, yaitu:
a. Setiap tahap perkembangan manusia ditandai dengan upaya mencapai keseimbangan hidup. Setiap manusia memiliki tugas perkembangan sesuai dengan tahap perkembangannya. Tugas perkembangan dari setiap tahap perkembangan akan berbeda dengan tahap perkembangan berikutnya. Untuk mencapai keseimbangan hidupnya masing-masing tugas perkembangan harus dilaksanakan dengan baik. Bila seorang individu belum melaksanakan tugas perkembangan dengan baik, maka ia tidak akan merasa bahagia dalam menjalani kehidupannya.

b. Setiap tahap perkembangan dipengaruhi oleh tahap perkembangan sebelumnya dan mempengaruhi tahap perkembangan berikutnya.
Setiap tahap perkembangan dipengaruhi oleh tahap perkembangan sebelumnya, yakni masa anak usia tiga tahun dipengaruhi oleh masa masa bayi, demikian pula masa bayi dipengaruhi masa pranatal.

c. Tahap-tahap perkembangan manusia itu bersifat universal.
Bahwa setiap tahap perkembangan yang dialami oleh manusia adalah sama atau tidak adaperbedaan antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Masing-masing individu akan mengalami tahap-tahap yang sama dari sejak masa pranatal, bayi, anak, remaja dewasa dan kematian.

d. Setiap tahap perkembangan sebagai proses menjadi secara integratif (being process)
Setiap tahap perkembangan individu berupaya untuk mengoptimalkan potensi-potensinya dengan sebaik-baiknya. Jadi setiap tahap perkembangan kognitif individu harus dicapai dengan baik sehingga dapat menopang atau mendukung tahap perkembangan kognitif berikutnya. (Dariyo, 2007:24-25).

Sedangkan menurut Miller prinsip perkembangan manusia itu ada lima prinsip, yaitu :
a. Nature 
Perkembangan bukan hanya dipengaruhi oleh faktor internal (nature) tetapi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal (nurture).

b. Kuantitatif 
Istilah kuantitatif mengandung pengertian sebagai perubahan fisik yang cenderung semakin meningkat atau menurun kapasitas ukurannya. Sementara istilah kualitatif adalah konsep perubahan yang menyatakan sebagai perubahan kemampuan, keterampilan, keahlian, dan kompetensi dari individu.

c. Normatif
Yang dimaksud asas normatif adalah suatu tahap perkembangan individu yang cenderung mengikuti pola-pola yang sudah umum sesuai dengan konsep perkembangan secara normal dan formalistik, aturan-aturan, adat istiadat, sosial budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, misalnya, anak masuk SD umur 6 tahun, masuk SMP 12 tahun, dan seterusnya. Prinsip non normatif adalah suatu perkembangan individu yang tidak mampu mengikuti asas norma-norma tersebut yang disebabkan oleh faktor-faktor status sosial ekonomi, kemiskinan, kesehatan, adat istiadat yang kuno dan sebagainya, sehingga menyimpang dari norma tersebut. Misalnya, setelah tamat SMP seorang remaja laki-laki atau wanita terpaksa harus menikah dan mempunyai anak.

d. Kesinambungan 
Pola perkembangan manusia dapat dipandang secara kontinyu (berkesinambungan) tanpa ada tahapan yang jelas, tetapi seperti garis lurus, bersifat terus menerus, tanpa jeda, dan tidak terputus, linier dan berkelanjutan. Disamping itu, juga dapat dipandang secara diskontinyu, yaitu, tahap perkembangan itu harus melewati tahap-tahap tertentu untuk dapat memasuki tahap berikutnya, karena tahap tertentu mempengaruhi tahapan berikutnya. Berada pada lima tahapan, yaitu oral (0-1,5 th), anal (1,5-3 th), phallic (3-5 th), latensi (5-12 th), genital (13 th ke atas).

e. Progresif 
Perkembangan progresif adalah suatu konsep perubahan secara fisiologis yang sangat cepat dan meningkat secara tajam yang dialami pada usia pranatal, bayi, anak, remaja, dan dewasa muda, akibat makanan bergizi. Perkembangan regresif cenderung ditandai dengan penurunan ukuran fisik, makin kurus, makin ringan, dan sebagainya. (Agoes Dariyo, 2007: 26-32).

Lebih jauh lagi, dalam bukunya Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (2003) Syamsu Yusuf merinci beberapa prinsip perkembangan individu sebagai berikut, yaitu :
a. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti.
b. Semua aspek perkembangan saling berhubungan.
c. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan.
d. Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas.
e. Setiap individu normal akan mengalami tahapan/fase perkembangan.
f. Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu. 

Dimana pola perkembangan yang dimaksud sebagaimana dikutip dari Yelon dan Winstein yakni sebagai berikut :
1) Cephalocaudal & proximal-distal (perkembangan manusia itu mulai dari kepala ke kaki dan dari tengah (jantung, paru dan sebagainya) ke samping (tangan).
2) Struktur mendahului fungsi.
3) Diferensiasi ke integrasi.
4) Dari konkret ke abstrak.
5) Dari egosentris ke perspektivisme.
6) Dari outer control ke inner control. (Yusuf, 2003:17-20).



Perkembangan Masyarakat dan Budaya Lokal

Tugas Mata Kuliah Perkembangan Masyarakat dan Budaya Lokal
Dosen Pengampu: Widyaningsih, M.Si




NADRA YUNIA AYUNINGTYAS
10102241026
2A


PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011


Interaksi sosial pada manusia kepada manusia lainnya dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berbicara, bertatap muka, bertransaksi dagang, belajar pada orang lain, menyakiti orang lain, dan lain sebagainya. Interaksi sosial antar individu merupakan proses yang rumit dan kompleks yang melibatkan faktor-faktor psikologis berikut di bawah ini (disertai pengertian / definisi) :

1. Imitasi
Imitasi adalah meniru orang lain mulai dari sikap, perilaku, gaya, cara berfikir, penampilan, keterampilan, kemampuan, dan lain-lain. Imitasi yang baik perlu didahului oleh penerimaan, penghormatan, pengaguman, dll pada sesuatu yang hendak ditiru tersebut.
Imitasi atau meniru adalah suatu proses kognisi untuk melakukan tindakan maupun aksi seperti yang dilakukan oleh model dengan melibatkan indera sebagai penerima rangsang dan pemasangan kemampuan persepsi untuk mengolah informasi dari rangsang dengan kemampuan aksi untuk melakukan gerakan motorik. Proses ini melibatkan kemampuan kognisi tahap tinggi karena tidak hanya melibatkan bahasa namun juga pemahaman terhadap pemikiran orang lain.
Imitasi saat ini dipelajari dari berbagai sudut pandang ilmu seperti psikologi, neurologi, kognitif, kecerdasan buatan, studi hewan (animal study), antropologi, ekonomi, sosiologi dan filsafat. Hal ini berkaitan dengan fungsi imitasi pada pembelajaran terutama pada anak, maupun kemampuan manusia untuk berinteraksi secara sosial sampai dengan penurunan budaya pada generasi selanjutnya.
Kajian psikologi Imitasi harus dibedakan dengan peniruan gerakan yang sama saja (mimikri) maupun peniruan tujuan (emulasi), namun pada proses imitasi manusia melakukan prinsip peniruan suatu aksi dengan memahami tujuan aksi dan diarahkan oleh pencapaian target tujuan (goal). Imitasi sering dikaitkan pula dengan teori belajar sosial dari Albert Bandura.
Selain itu dengan imitasi, dikatakan bahwa anak membentuk teory pemikirannya (Theory of Mind) melalui imitasi terhadap aksi orang lain maupun persepsi terhadap rangsang yang diterima dari lingkungannya. http://id.wikipedia.org/wiki/Imitasi

2. Sugesti
Sugesti adalah mempengaruhi seseorang atas suatu pandangan, pemahaman, sikap, dsb ketika yang menerima sugesti dalam keadaan tidak berpikir rasional karena diberi sugesti oleh orang yang dikagumi, dihormati, berwibawa, karismatik, pemuka agama, penguasa, golongan mayoritas, dan lain sebagainya.
Bahwa sugesti adalah suatu proses psikologis dimana seseorang membimbing pikiran, perasaan dan perilaku orang lain. Ini mungkin berbeda dengan yang saya rasakan bahwa sugesti itu dibawa dan diajarkan oleh pikiran dan perasaan pribadi bukan orang lain

3. Simpati
Simpati adalah ketertarikan seseorang kepada orang lain yang seolah-olah merasakan perasaan orang lain. Contoh : Membantu korban bencana alam.
Simpati adalah suatu proses seseorang merasa tertarik terhadap pihak lain, sehingga mampu merasakan apa yang dialami, dilakukan dan diderita orang lain. Dalam simpati, perasaan memegang peranan penting. Simpati akan berlangsung apabila terdapat pengertian pada kedua belah pihak. Simpati lebih banyak terlihat dalam hubungan persahabatan, hubungan bertetangga, atau hubungan pekerjaan. Seseorang merasa simpati dari pada orang lain karena sikap, penampilan, wibawa, atau perbuatannya. Misalnya, mengucapkan selamat ulang tahun pada hari ulang tahun merupakan wujud rasa simpati seseorang.

4. Identifikasi
Identifikasi adalah imitasi yang mendalam sehingga ingin menjadi sama dengan pihak lain baik secara disengaja maupun tanpa disengaja. Contoh : Seseorang ingin menjadi seperti Tukul Arwana akan berupaya bergaya tingkah laku seperti Tukul.
Identifikasi adalah kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Orang lain yang menjadi sasaran identifikasi dinamakan idola. Identifikasi merupakan bentuk lebih lanjut dari proses imitasi dan sugesti yang pengaruhnya sangat kuat. Misalnya remaja mengidentifikasi dirinya dengan seorang penyanyi terkenal yang dikagumi, sehingga ia rela mengubah penampilan dirinya. Mulai dari cara berpakaian, berdandan, dan model rambut diupayakan seperti penyanyi yang menjadi idolanya.
 http://organisasi.org/unsur-faktor-psikologi-pendorong-interaksi-sosial-imitasi-sugesti-simpati-empati-identifikasi

Bentuk-bentuk Interaksi Sosial 
Bentuk-bentuk intraksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), dan pertentangan (conflict). Suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial, keempat pokok dari interaksi sosial tersebut tidak perlu merupakan kontinuitas dalam arti bahwa interaksi itu dimulai dengan adanya kerja sama yang kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi pertiakain untuk akhirnya sampai pada akomodasi.
Gilin and Gilin pernah mengadakan pertolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka ada dua macam pross sosial yang timbul sebagaiu akibat adanya interaksi sosial, yaitu:
a. Proses Asosiatif, terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
b. Proses Disosiatif, mencakup persaingan yang meliputi “contravention” dan pertentangan pertikain. 
Adapun interaksi yang pokok proses-proses adalah:
1) Bentuk Interaksi Asosiatif
a. Kerja sama (cooperation)
Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya dan kelompok lainnya. Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama ada tiga bentuk kerja sama, yaitu:
 Bargainng, pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih.
 Cooperation, proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu carta untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan
 Coalition, kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempynyai tujuan yang sama.
b. Akomodasi (accomodation)
Adapun bentuk-bentuk akomodasi, di antaranya:
 Coertion, yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan.
Sikap memaksakan orang untuk melakukan sesuatu yang tidak disukai. Contoh : menyuruh orang lain untuk melakukan kemauannya.
 Compromise, suatu bentuk akomodasi, di mana pihak yang terlibat masing-masing mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. Kedua atau semua pihak yang terlibat dalam konflik berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah. Contoh : dalam suatu rapat,dalam mengambil keputusan harus merupakan keputusan bersama.
 Arbiration, suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak yang berhadapan tidak sanggup untuk mencapainya sendiri. Penghentian perselisihan secara langsung oleh pihak ketiga dengan memberi keputusan yang diterima serta ditaati oleh kedua pihak yang bertikai. Contoh : seorang polisi menghentikan perkelahian 2 orang. jika tidak berhenti maka 2 orang tersebut akan dibawa ke kantor polisi.
 Mediation, hampir menyerupai arbiration diundang pihak ke tiga yang retial dalam persoalan yang ada. Penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi diberikan keputusan yang meningkat. Contoh : Seorang ayah melerai anak-anaknya yg sedang berkelahi.
 Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih, bagi tercapainya suatu tujuan bersama. Usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan pihak-pihak yang berselisih bagi tercapainya suatu persetujuan bersama. Contoh : Ormas perlindungan anak bertemu dengan anggota DPR agar kekerasan terhadap anak dibawah umur dapat dihentikan.
 Stelemate, merupakan suatu akomodasi di mana pihak-pihak yang berkepentingan mempunyai yang seimbang, berhenti pada titik tertentu dalam melakukan pertentangan.

 Adjudication¸ yaitu perselisihan atau perkara di pengadilan. Penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan. Contoh : pembelian tanah atau rumah,tetapi mempunyai masalah. Maka harus diselesaikan di pengadilan.

2) Bentuk Interaksi Disosiatif
a. Persaingan (competition)
Persaingan adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang bersaing untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi dirinya dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan kekerasan.
b. Kontraversi (contaversion)
Kontraversi bentuk interaksi yang berbeda antara persaingan dan pertentangan. Kontaversi ditandai oleh adanya ketidakpastian terhadap diri seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikannya dan kebencian terhadap kepribadian orang, akan tetapi gejala-gejala tersebut tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian.
c. Pertentangan (conflict)
Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi antar individu atau kelompok sosial yang berusaha untuk mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai ancaman atau kekerasan. Pertentangan memiliki bentuk khusus, antara lain: pertentangan pribadi, pertentangan rasional, pertentangan kelas sosial, dan pertentanfan politik. http://saefulohstkipmatematika.blogspot.com/2010/05/bentuk-bentuk-interaksi-sosial.html

PERKEMBANGAN ANAK

A. PENDAHULUAN 
Dalam Hurlock, 1980 tugas perkembangan pada masa anak-anak adalah sebagai berikut: a) Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum. b) Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh. c) Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya d) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat e) Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung  f) Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari g) Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata dan tingkatan nilai h) Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga i) Mencapai kebebasan pribadi.
Perkembangan seorang anak seperti yang telah banyak terurai di atas, tidak hanya terbatas pada perkembangan fisik saja tetapi juga pada perkembangan mental, sosial dan emosional. Selain itu, ada beberapa perkembangan yang terdapat dalam proses perkembangan pada anak, diantaranya adalah perkembangan emosi dan perkembangan bermain. 
B. ISI
1. Perkembangan emosi
a. Pola Perkembangan Anak
Secara emosional kemampuan untuk bereaksi sudah ada sejak bayi itu lahir. Namun bayi tidak memperlihatkan reaksi keadaan emosional yang spesifik. Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai reaksi yang sederhana mengesankan tentang kesenangan dan ketidaksenangan. Sebelum bayi berusia 1 tahun, ekspresi emosional diketahui serupa dengan ekspresi orang dewasa. Dengan meningkatnya usia anak, reaksi emosional mereka menjadi kurang menyebar, kurang sembarangan, dan lebih dapat dibedakan.  Emosi dapat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak karena beberapa alasan karena:
Emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari
Bahkan emosi seperti kemarahan dan ketakutan juga menambah rasa nikmat bagi kehidupan dengan memberikan suatu kegemiraan. Kenikmatan tersebut terutama ditimbulkan oleh akibat yang menyenangkan.
Emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan
Emosi yang semakin kuat akan semakin mengguncangkan keseimbangan tubuh untuk persiapan bertindak. Jika persiapan ini ternyata tidak berguna, anak akan gelisah dan tidak tenang.
Ketegangan emosi mengganggu keterampilan motorik
Persiapan tubuh untuk bertindak ternyata menimbulkan gangguan pada keterampilan motorik sehingga anak menjadi canggung dan dapat menyebabkan timbulnya gangguan bicara seperti bicara yang tidak jelas dan menganggap.
Emosi merupakan suatu bentuk komunikasi
Melalui perubahan mimik wajah dan fisik yang menyertai emosi, anak-anak dapat mengonsumsikan perasaan mereka kepada orang lain dan mengenal berbagai jenis perasaan orang lain.
Emosi mengganggu aktivitas mental
Karena kegiatan mental seperti konsentrasi, pengingatan, penalran dan lain-lain sangat mudah dipengaruhi oleh emosi yang kuat, anak-anak menghasilkan prestasi di bawah kemampuan intelektual mereka apabila emosi mereka terganggu.
Emosi merupakan sumber penilaian diri dan sosial
Orang dewasa menilai anak dari cara anak mengekspresikan emosi dan emosi apa saja yang dominan. Perlakuan orang dewasa yang didasarkan atas penilaian tersebut merupakan dasar bagi anak untuk melakukan penilaian diri.
Emosi mewarnai pandangan anak terhadap kehidupan
Bagaimana anak-anak memandang peran mereka dalam kehidupan dan posisi mereka dalam kehidupan dan posisi mereka dalam kelompok sosial dipengaruhi oleh emosi yang ada pada tempat seperti malu, takut, agresif, ingin tahu atau bahagia.
Emosi mempengaruhi interaksi sosial
Semua emosi, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan mendorong interaksi sosial. Melalui emosi anak belajar cara mengubah perilaku agar dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan dan ukuran kelas sosial.
Emosi memperlihatkan kesannya pada ekspresi wajah
Emosi yang menyenangkan akan mempercantik wajah anak-anak, sadangkan emosi yang tidak menyenagkan akan menyuramkan wajah dan menyebabkan anak-anak jadi kurang menarik. Karena umumnya orang tertarik atau tidak, tergantung pada ekspresi wajah, emosi memainkan peran penting bagi penerimaan sosial.
Emosi mempengaruhi suasana psikologis
Baik di rumah, sekolah, tetangga ataupun pada kelompok bermain, emosi anak akan mempengaruhi suasana psikologis yang terjadi, demikian juga sebaliknya. Anak yang temper tantrum menjengkelkan dan mempermalu orang lain, sehingga mengubah suasana psikologis kepada kemarahan dan kebencian. Hal ini membuat anak merasa tidak dicintai dan tidak diinginkan.
Reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi kebiasaan
Setiap ekspresi emosi yang memuaskan anak akan diulang-ulang, pada suatu saat yang tertentu akan berkembang menjadi kebiasaan. Dengan tumbuhnya anak, jika mereka menjumpai reksi sosial yang tidak menyenangkan, mereka akan mendapatkan kesukaran untuk mengubah kebiasaan.
b. Kondisi yang mempengaruhi perkembangan emosi
Sejumlah studi tentang emosi anak telah menyingkapkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung sekaligus pada faktor pemtangan (maturation) dan faktor belajar, dan tidak semata-mata bergantung pada salah satunya. Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal masa kehidupan tidak berarti tidak ada. Reaksi emosional itu mungkin akan muncul di kemudian hari, dengan adanya pematangan dan sistem indoktrin.
Pematangan dan belajar berjalin erat satu sama lain akan mempengaruhi perkembangan emosi sehingga pada saatnya akan sulit untuk menentukan dampak relatifnya. Bukti tentang peran yang dimainkan faktor pematangan dan faktor belajar dalam perkembangan emosi diantaranya:
Peran Pematangan
Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti, memperhatikan satu rangsangan dalam jangka waktu yang lebih lama dan memutuskan ketegangan emosi pada satu obyek. Demikian pula, kemampuan mengingat dan menduga mempengaruhi reaksi emosional. Dengan demikian, anak-anak menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi merekaa pada usia yang lebih muda.
Peran Belajar
Lima jenis kegiatan belajar turut menunjang pola perkembangan emosi pada masa kanak-kanak. Metode belajar apa saja yang ada dan bagaimana metode tersebut menunjang perkembangan emosi anak-anak. Sebagai contoh bayi yang baru lahir tidak mampu mengekspresikan kemarahan kecuali dengan menangis. Dengan adanya kematangan sistem syaraf dan otot, anak-anak mengembangkan potensi untuk barbagai macam reaksi. Pengalaman belajar mereka akan menentukan reaksi potensial mana yang akan mereka gunakan untuk menyatakan kemarahan.
c. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi
Belajar secara coba dan ralat
Anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan pemuasan.
Belajar dengan cara meniru
Dengan cara mengamati hal yang membangkitkan emosi tertentu pada orang lain, anak-anakbereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang lain yang diamati.
Belajar dengan cara mempersamakan diri
Sama dengan belajar secara menirukan yaitu anak menirukan reaksi emosional orang lain dan tergugah oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru.
Belajar melalui pengkondisian
Pengkondisian berarti belajar dengan cara asosiasi. Dalam metode ini obyek dan situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. Metode ini berhubungan dengan aspek rangsangan, bukan dengan aspek reaksi.
Pelatihan
Pelatihan (training) atau belajar dibawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.
d. Ciri khas emosi anak
Emosi anak kecil berbeda dengan emosi anak yang lebih tua tau orang dewasa. Pola emosi secara umum: 
Rasa takut
Kekuatan tertentu pada secara khas dijumpai pada usia tertentu dan karenanya disebut sebagai ketakutan yang khas untuk taraf usia tersebut. Rangsangan yang pada umumnya menimbulkan rasa takut pada bayi ialah suara keras, binatang, kamar yang gelap, tempat yang tinggi, berada seorang diri, rasa sakit, orang yang tidak dikenal, tempat dan obyek yang tidak dikenal.
Rasa marah
Rasa marah adalah ekspresi yang lebih sering diungkapkan pada masa kanak-kanak jika dibandingkan dengan rasa takut. Kemarahan merupakan cara yang efektif untuk memperolah perhatian atau memenuhi keinginan mereka.
Rasa cemburu
Rasa cemburu adalah reaksi normal terhadap kehilangan kasih sayang yang nyata, dibayangkan, atau ancaman kehilangan kasih sayang.
Dukacita
Dukacita adalah trauma psikis, suatu kesengsaraan emosional yang ditimbulkan oleh hilangnya sesuatu yang dicintai.
e. Kondisi yang ikut mempengaruhi emosi dominan
Kondisi kesehatan
Suasana rumah
Cara mendidik anak
Hubungan dengan para anggota keluarga
Hubungan dengan teman sebaya
Perlindungan yang berlebih-lebihan
Aspirasi orang tua
Bimbingan


2. PERKEMBANGAN BERMAIN
a. Arti Bermain 
Bermain (play) merupakan istilah yang digunakan secara bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang. Atau diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan bermain adalah kegiatan yang tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realitas luar.
b. Pengaruh bermain bagi perkembangan anak
Perkembangan fisik
Bermain aktif penting bagi anak untuk mengembnagkan otot dan melatih seluruh bagian tubuhnya. Bermain juga berfungsi sebaagai penyalur tenaga yang berlebihan yang bila terpendam terus akan membuat anak tegang, geli dan mudah tersinggung.
Dorongan berkomunikasi
Agar dapat bermain dengan baik bersama yang lain, anak harus belajar berkomunikasi dalam arti mereka dapat mengerti dan sebaliknya mereka harus belajar mengerti apa yang dikomunikasikan anak lain.
Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam
Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat dipenuhi dengan caara lain seringkali dapat dipenuhi dengan bermain. Anak tidak mmpu mencapai peran pemimpin dalam kehidupan nyata mungkin akan memperolah pemenuhan keinginan itu dengan menjadi pemimpin tentara mainan.
Sumber belajar
Bermain memberi kesempatan untuk mempelajari berbagai hal melalui buku, televisi, atau menjelajah lingkungan yang tidak diperoleh anak dari belaajar di rumah atau sekolah.
Rangsangan bagi kreativitas
Melalui eksperimen dalam bermain, anak-anak menemukan bahwa merancang sesuatu yang berbeda dan baru dapat menimbulkan kepuasan. Selanjutnya mereka dapat mengalihkan minat kreatifnya ke situasi di luar dunia bermain anak.
Perkembangan wawasan diri
Dengan bermain anak mengetahui tingkat kemampuannya dibandingkan dengan temannya bermain. Ini memungkinkan mereka untuk mengembangkan konsep dirinya dengan lebih pasti dan nyata.
Belajar bermasyarakat
Dengan bermain bersama anak lain. Mereka belajar bagaimana membentuk hubungan sosial dan bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan tersebut.
Standar moral
Walaupun anak belajar di rumah dan di sekolah tentang apa saja yang dianggap baik dan buruk oleh kelompok , tidak ada pemaksaan standar moral paling teguh selain dalam kelompok bermain.
Belajar bermain sesuai dengan jenis kelamin
Anak belajar di rumah dan di sekolah mengenai apa saja peran jenis kelamin yang disetujui. Akan tetapi, mereka segera menyadari bahwa mereka juga harus menerimanya bila ingin menjadi anggota kelompok bermain.
Perkembangan ciri pribadi
Dari hubungan dengan anggota kelompok teman sebaya dalam bermain, anak belajar bekerja sama, murah hati, jujur, sportif dan disukai orang.
c. Tahapan Perkembangan Bermain
Tahapan eksplorasi
Hingga bayi berusia sekitar 3 bulan, permainan mereka terutama terdiri atas melihat orang dan benda serta melakukan usaha acak untuk menggapai benda yang diacungkan dihadapannya. Selanjutnya, mereka dapat mengendalikan tangan sehingga cukup memungkinkan bagi mereka untuk mengambil, memegang dan mempelajari benda kecil. Setelah mereka dapat merangkak atau berjalan, mulai memperhatikan apa saja yang berada dalam jarak jangkauannya.
Tahapan permainan
Beramain barang mainan dimulai pada tahun pertama dan mencapaai puncaknya pada usia antara 5 dan 6 tahun. Pada mulanya anak hanya mengeksplorasi mainannya. Antara 2 dan 3 tahun, mereka membayangkan bahwa mainannya mempunyai sifat hidup dapat bergerak, berbicara, dan merasakan. Dengan semakin berkembangnya kecerdasan anak, mereka tidak lagi menganggap benda mati sebagai sesuatu yang hidup dan hal ini mengurangi minatnya pada barabg mainan. Faktor lain yang mendorong penyusutan minat dengan barang mainan ini adalah bahwa permaian itu sifatnya menyendiri sedangkan mereka menginginkan teman. Setelah masuk sekolah, kebanyakan anak menganggap bermain barang mainan sebagai “permainan bayi”.
Tahapan bermain
Setelah masuk sekolah, jenis permainan mereka sangat beragam. Semula, mereka meneruskan bermain dengan barang mainan, terutama bila sendirian, selain itu mereka merasa tertarik denagn permainan, olah raga, hobi, dan bentuk permainan matang lainnya.
Tahap melamun
Semakin mendekati masa puber, mereka mulai kehilangan  minat dalam permainan yang sebelumnya disenangi dan banyak menghabiskan waktunya dengan melamun. Melamun, yang merupakan ciri khas anak remaja, adalah saat berkorban, saat mereka menganggap dirinya tidak diperlakukan dengan baik dan tidak dimengerti oleh siapapun.
d. Faktor Yang Mempengaruhi Permainan Anak
Kesehatan
Semakin sehat anak semakin banyak energinya untuk bermain aktif.
Perkembangan motorik
Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam permaian aktif.
Intelegensi
Anak yang pandai menunjukkan keseimbangan perhatian bermain yang lebih besar, termasuk upaya menyeimbangkan faktor fisik dan intelektual yang nyata.
Jenis kelamin
Anak laki-laki bermain lebih kasar ketimbang anak perempuan dan lebih menyukai permainan dan olahraga ketimbang jenis permainan lain.
Lingkungan 
Anak dari lingkungan buruk, kurang waktu, peralatandan ruang.
Status sosial ekonomi
Anak dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi lebih menyukai kegiatan yang mahal, seperti lomba atletik, bermain sepatu roda, sedangkan mereka dari kalangan bawah terlihat dalam kegiatan yang tidak mahal.
Jumlah waktu bebas
Jumlah waktu bermain terutama bergantung pada status ekonomi keluarga.
Peralatan bermain
Peralatan permaian yang dimiliki anak mempengaruhi permainannya.



C. KESIMPULAN
Perkembangan emosi pada anak sebenarnya sulit diukur. Variasi emosi pada anak juga banyak. Variasi ini sangat bergantung dengan kondisi lingkungan anak, jadi emosi itu menentukan respon apa yang diberikan pada lingkungannya. Emosi ini juga kebutuhan lho, jadi anak perlu untuk memperlihatkan emosinya, bisa dikatakan terpenuhi kebutuhan emosinya jika emosi yang dikeluarkan dapat dikendalikan dengan baik.
Emosi sangat memainkan peranan penting dalam kehidupan, meskipun demikian sangat sukar mempelajari perkembangan emosi anak, karena informasi tentang aspek emosi yang subyektif hanaya dapat diperoleh dengan cara introspeksi, sedangkan anak tidak dapat menggunakan cara tersebut dengan baik karena mereka masih berusia sangat mudah.
Bermain merupakan proses alamiah dan naluriah yang berfungsi sebagai nutrisi dan gizi bagi kesehatan fisik dan psikis anak dalam masa perkembangannya. Aktivitas bergerak (moving) dan bersuara (noice) menjadi sarana dan proses belajar yang efektif buat anak, proses belajar yang tidak sama dengan belajar secara formal di sekolah. Bisa dianalogikan bahwa bermain sebagai sebuah praktik dari teori sosialisasi dengan lingkungan anak. Dengan bermain, anak bisa merasa bahagia. Rasa bahagia inilah yang menstimulasi syaraf-syaraf otak anak untuk saling terhubung, sehingga membentuk sebuah memori baru Memori yang indah akan membuat jiwanya sehat, begitupun sebaliknya. Karena itu, banyak manfaat dari bermain untuk mengoptimalkan perkembangan anak
Bermain bagi anak dapat menyeimbangkan motorik kasar seperti berlari, melompat atau duduk, serta motorik halus seperti menulis, menyusun gambar atau balok, menggunting dan lain-lain. Keseimbangan motorik kasar dan halus akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis anak. Secara tidak langsung, permainan merupakan perencanaan psikologis bagi anak untuk mencapai kematangan dan keseimbangan di masa perkembangannya

Semua orang tua pasti menyayangi anak-anaknya, bersedia melakukan yang terbaik untuk anak-anaknya. Namun, bentuk kasih sayang yang kurang bijaksana seringkali membelenggu kebebasan jiwa anak. Anak adalah jiwa yang bernyawa, hati yang berperasaan dan jasad yang berpemikiran. Biarkan anak bahagia dengan dunianya, karena kebahagiaan di masa kecil turut menentukan kualitas hidupnya di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA
“Tugas-tugas Perkembangan Anak”. Tersedia pada http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/tugas-tugas-perkembangan-anak/. Dikutip pada tanggal 12 Juli 2011.
http://silmya.wordpress.com/2010/11/03/perkembangan-emosi-anak/
http://niahidayati.net/manfaat-bermain-bagi-perkembangan-anak.html
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak Jilid 1. Indonesia: Erlangga.

“Pemberdayaan Masyarakat Petani dalam Meningkatkan Hasil Panen Melalui Program Gapoktan (gabungan kelompok tani) di kecamatan Moyudan.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dalam era yang semakin berkembang ini, salah satu tuntutan bagi sebuah negara berkembang adalah pembangunan nasional. Pembangunan nasional  akan terlaksana dengan baik apabila ada koordinasi dari segenap masyarakatnya. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia atau individu seutuhnya dan masyarakat selutuhnya. 
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007 jumlah penduduk miskin tercatat 37,2 juta jiwa. Sekitar 63,4% dari jumlah tersebut berada di perdesaan dengan mata pencaharian utama di sektor pertanian dan 80% berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 hektar. Kemiskinan di perdesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. 
UU no. 11/2009 tentang Kesejahteraan Sosial pasal 3 bab II asas dan tujuan berbunyi:
“Penyelenggaraan kesejahteraan sosial bertujuan : (1) meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup; (2) memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian; (3) meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani masalah kesejahteraan sosial; (4) meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggung jawab sosial dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan; (5) meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan; dan (6) meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial”.

Sunyoto Usman (2008:33-40) di dalam masyarakat, dapat dikemukakan dua macam keadaan : (1) terdapat kemiskinan sekaligus kesenjangan, atau (2) tidak terdapat kemiskinan tapi boleh jadi masih ada kesenjangan. Upaya penanggulangan kemiskinan sangat kompleks dan rumit, dan upaya menanggulangi kemiskinan sekaligus kesenjangan jauh lebih kompleks dan lebih rumit. Secara teorotis, faktor penting lain yang ditengarai membuat desa menjadi tidak berdaya adalah produktivitas yang rendah dan sumber daya manusia yang lemah. Perbandingan antara hasil produksi dan jumlah penduduk menjadi tidak seimbang.
Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin dan penyelenggaraan kesejahteraan sosial juga dapat berjalan seperti apa yang sudah dicita-citakan.
Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah. Kajian keadaan pedesaan secara partisipatif adalah salah satu tahap dalam upaya meningkatkan kemandirian, hasil panen dan kesejahteraan masyarakat dalam hidupnya. Kajian keadaan pedesaan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan percaya diri masyarakat dalam mengidentifikasi serta menganalisa situasi, potensi dan masalahnya sendiri. Dalam kajian keadaan pedesaan secara partisipatif melalui Pemberdayaan Masyarakat, masyarakat dapat memanfaatkan informasi dan hasil kajian yang dilakukan bersama oleh masyarakat bersama tim fasilitator, untuk mengembangkan rencana kerja masyarakat petani agar lebih maju dan mandiri. 
Hal ini sangat berbeda dengan pendekatan top-down yang sering kali dipakai oleh lembaga-lembaga yang mengumpulkan informasi dari masyarakat melalui Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat untuk kepentingan kelancaran program mereka. Dalam program semacam ini masyarakat hanya diikutkan tanpa diberikan pilihan. Hasil dari kajian keadaan pedesaan secara partisipatif berupa gambaran tentang masalah yang dihadapi masyarakat, potensi serta peluang pengembangan. Hasil ini sebagai dasar untuk tahapan berikutnya dalam proses pemberdayaan masyarakat. 
Ukuran keberhasilannya adalah kemajuan fisik atau luasan tanaman, yang belum menyentuh pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) petani dan kelembagaan, belum memanfaatkan kearifan tradisional sebagai modal sosial (social capital), belum mengakomodasi tata nilai dan kelembagaan informal masyarakat lokal sebagai pondasi kelembagaan formal pengelolaan lahan, serta belum diadaptasikan dengan keragaman karakteristik bio-fisik lokasi, sosial dan budaya masyarakat lokal. Sehingga partisipasi masyarakat dalam pelestarian lahan menjadi sangat minim dan terabaikan. 
Akibatnya tingkat keberhasilan pembangunan usaha budidaya tanaman sangat rendah dan sekaligus masyarakat tetap miskin atau malah menjadi tambah miskin. Efek negatif berikutnya kemiskinan tersebut telah memicu semakin maraknya penebangan liar, perambahan kawasan, dan lain-lain yang semakin mengakibatkan parahnya kerusakan lahan. Sementara itu keberadaan dan ketergantungan masyarakat lokal terhadap sumber daya alam sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan tanaman pertanian atau pengelolaan lahan, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta. Dengan kata lain sasaran pengelolaan lahan secara maksimal tidak dapat dicapai tanpa memperhatikan partisipasi dan kesejahteraan masyarakat itu sendiri. 
Dari hal di atas, masyarakat petani di kawasan kecamatan Moyudan yang tergabung dalam program Gapoktan (gabungan kelompok tani) merupakan masyarakat yang perlu diberdayakan. Diharapkan melalui program Gapoktan ini, masyarakat petani dapat lebih berdaya dan dalam segi hasil panen maupun finansial serta kesejahteraan hidupnya dapat meningkat.
Dengan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka peniliti mengambil penelitian “pemberdayaan masyarakat petani dalam meningkatkan hasil panen melelui program Gapoktan (gabungan kelompok tani) di kecamatan Moyudan.

B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut 
1. Banyaknya petani yang tingkat ekonominya masih rendah
2. Rendahnya hasil panen petani menyebabkan menurunnya tingkat ekonomi.
3. Kurangnya pengetahuan petani tentang cara pengolahan sawah yang tepat menyebabkan rendahnya hasil panen
4. Kurangnya inovasi petani dalam upaya meningkatkan hasil panen.
5. Potensi-potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam belum dieksplor secara maksimal atau belum diberdayakan.

C. Pembatasan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan di atas, tidak seluruhnya dikaji dalam penelitian ini. Mengingat adanya keterbatasan waktu, kemampuan dan dana. Agar penelitian ini lebih mendalam, maka penelitian ini dibatasi pada pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat petani dalam usaha meningkatkan hasil panen melalui program gabungan kelompok tani di kecamatan Moyudan.

D. Rumusan masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah peneliti kemukakan di atas, maka dapat dirumuskan secara operasional permasalahan sebagai berikut
1. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan masyarakat petani di kecamatan moyudan dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan?
2. Apakah faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan program gapoktan di kecamatan moyudan?
3. Bagaimana keberhasilan pemberdayaan masyarakat petani di kecamatan moyudan dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Mengetahui pelaksanaan pemberdayaan masyarakat petani dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan di kecamatan moyudan
2. Mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan program gapoktan di kecamatan moyudan
3. Mengetahui tingkat keberhasilan program pemberdayaan masyarakat petani di kecamatan moyudan dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan

F. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah di bidang Pendidikan Luar Sekolah pada konsep pemberdayaan masyarakat 
2. Manfaat praktis
Sebagai bahan kajian untuk penelitian selanjutnya serta sebagai penambah pengalaman dan wawasan khususnya bagi penulis, umumnya bagi masyarakat tentang pemberdayaan masyarakat petani dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian pustaka
1. Tinjauan pemberdayaan masyarakat petani
a. Pengertian pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri (wikipedia-indonesia).
Pemberdayaan merupakan penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling) (Ambar T. Sulistyani, 2004:79)
Priyono (1996) memberikan makna pemberdayaan masyarakat sebagai upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural, baikdalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional maupun dalam bidang politik, ekonomi, psikologi dan lain-lain. Mem-berdayakan masyarakat mengandung mak-na mengembangkan, memandirikan, men-swadayakan dan memperkuat posisi tawar-menawar masyarakat lapisan bawah ter-hadap kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan.
Menurut definisinya, oleh Mas’oed (1990), pemberdayaan diartikan sebagai upaya untuk memberikan daya (empowerment) atau kekuatan (strengthening) kepada masya-rakat. Sehubungan dengan pengertian ini, Sumodiningrat (1997) mengartikan keberdayaan masyarakat sebagai kemam-puan individu yang bersenyawa dengan masyarakat dalam membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. 
Masyarakat dengan keberdayaan yang tinggi, adalah masya-rakat yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan kuat, dan memiliki nilai-nilai intrinsik yang juga menjadi sumber keberdayaan, seperti sifat-sifat kekeluargaan, kegotong-royongan, dan (khusus bagi bangsa Indonesia) adalah keragaman atau kebhinekaan.
Keberdayaan masyarakat, adalah unsur-unsur yang memungkinkan masyarakat mampu bertahan (survive) dan (dalam pengertian yang dinamis) mampu mengembangkan diri untuk mencapai tujuan-tujuannya. Karena itu, memberdaya-kan masyarakat merupakan upaya untuk (terus menerus) me-ningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat “bawah” yang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. 
Dengan kata lain, memberdayakan masyarakat adalah mening-katkan kemampuan dan meningkatkan kemandirian masyara-kat. Sejalan dengan itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya peningkatan kemampuan masyarakat (miskin) untuk berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan mengendali-kan kelembagaan masyarakatnya secara bertanggung-gugat (accountable) demi perbaikan kehidupannya
Empowerment atau pemberdayaan secara singkat dapat diartikan sebagai upaya untuk memberiikan kesempatan dan kemampuan kepada kelompok masyarakat (miskin) untuk mampu dan berani bersuara (voice) serta kemampuan dan keberanian untuk memilih (choice). 
Karena itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai proses terencana guna meningkatkan skala/upgrade utilitas dari obyek yang diberdayakan. Dasar pemikiran suatu obyek atau target group perlu diberdayakan karena obyek tersebut mem-punyai keterbatasan, ketidakberdayaan, keterbelakangan dan kebodohan dari berbagai aspek. Oleh karenanya guna meng-upayakan kesetaraan serta untuk mengurangi kesenjangan diperlukan upaya merevitalisasi untuk mengoptimalkan utilitas melalui penambahan nilai. Penambahan nilai ini dapat mencakup pada ruang bidang aspek sosial, ekonomi, kese-hatan, politik dan budaya.
Pemberdayaan dapat dimaknai sebagai proses tumbuhnya kekuasaan serta kemampuan baik individu maupun kelompok masyarakat yang masih miskin, terpinggirkan dan belum berdaya. Melalui proses pemberdayaan diharapkan kelompok masyarakat masyarakat bawah dapat terangkat menjadi kelompok manusia yang menengah dan atas. Hal tersebut dapat terjadi bila mereka diberikan kesempatan serta fasilitas dan bantuan dari pihak yang terkait. Kelompok masyarakat miskin di pedesaan sulit untuk melakukan proses pemberdayaan tanpa adanya bantuan dan fasilitas.

b. Tujuan pemberdayaan masyarakat
Untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Pemberdayaan masyarakat hendaknya mengarah pada pembentukan kognitif masyarakat yang lebih baik. Kondisi kognitif pada hakikatnya merupakan kemampuan berpikir yang dilandasi oleh pengetahuan dan wawasan seorang atau masyarakat dalam rangka mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Kondisi konatif merupakan sikap perilaku masyarakat yang terbentuk yang diarahkan pada perilaku yang sensitif terhadap nilai-nilai pembangunan dan pemberdayaan. Kondisi afektif adalah merupakan sense yang dimiliki oleh masyarakat yang diharapkan dapat diintervensi  untuk mencapai keberdayaan dalam sikap dan perilaku. Kemampuan psikomotorik merupakan kecakapan keterampilan yang dimiliki masyarakat sebagai upaya pendukung masyarakat dalam rangka melakukan aktivitas pembangunan. Terjadinya keberdayaan pada empat aspek tersebut (kognitif, konatif, afektif dan psikomotorik) akan dapat memberikan kontribusi pada tercapainya kemandirian masyarakat yang dicita-citakan.(Ambar T. Sulistyani, 2004:80).
Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk membuat masyarakat menjadi mandiri, dalam arti memiliki potensi untuk mampu memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi, dan sanggup memenuhi kebutuhannya dengan tidak menggantungkan hidup mereka pada bantuan pihak luar, baik pemerintah maupun organisasi-organisasi non-pemerintah.

c. Unsur-unsur Pemberdayaan Masyarakat
Upaya pemberdayaan masyarakat perlu memperhati-kan sedikitnya 4 (empat) unsur pokok , yaitu:
1) Aksesibilitas informasi, karena informasi merupakan kekuasaan baru kaitannya dengan peluang, layanan, penegakan hukum, efektivitas negosiasi, dan akuntabilitas.
2) Keterlibatan atau partisipasi, yang menyangkut siapa yang dilibatkan dan bagaimana mereka terlibat dalam kese-luruhan proses pembangunan. 
3) Akuntabilitas, kaitannya dengan pertanggungjawaban publik atas segala kegiatan yang dilakukan dengan meng-atas-namakan rakyat.
4) Kapasitas organisasi lokal, kaitannya dengan kemampuan bekerja-sama, mengorganisir warga masyarakat, serta memobilisasi sumberdaya untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi.

d. Syarat Tercapainya Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Untuk mencapai tujuan-tujuan pemberdayaan masya-rakat terdapat tiga jalur kegiatan yang harus dilaksanakan, yaitu :
1) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang. Titik-tolaknya adalah, pengenalan bahwa setiap manusia dan masya-rakatnya memiliki potensi (daya) yang dapat dikembang-kan.
2) Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong, memberikan motivasi, dan membang-kitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya, serta berupaya untuk mengembangkannya.
3) Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).

2. Tinjauan hasil panen
a. Pengertian hasil panen
Dalam ekonomi pertanian, hasil usaha tani, hasil panen, atau sangat sering disingkat hasil saja, adalah besaran yang menggambarkan banyaknya produk panen usaha tani yang diperoleh dalam satu luasan lahan dalam satu siklus produksi. Satuan hasil biasanya adalah bobot (massa) per satuan luas, seperti kg per hektare (= kg/ha atau kg.ha-1), kuintal (desiton, dt) per hektare, dan (metrik-)ton per hektare.
Wujud fisik hasil berbeda-beda tergantung komoditi. Untuk tanaman penghasil biji-bijian (serealia dan legum) hasil yang dihitung adalah bulir atau biji yang telah dikeringkan. Pada berbagai tanaman sayuran hasil yang dihitung adalah buah atau daun atau seluruh bagian di atas permukaan tanah. Sisa panen di bagian atas permukaan tanah yang tidak dihitung sebagai hasil usaha tani diberi istilah brangkasan.( Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).

b. Upaya peningkatkan hasil panen
Strategi berikut dapat diadopsi untuk meningkatkan produktivitas padi di berbagai negara:
Penekanan dapat diberikan pada pendekatan sistem tanam daripada pendekatan pengembangan tanaman tunggal ..
Perbanyakan tanaman teknologi spesifik lokasi produksi di berbagai agro-klimatik zona.
Penggantian potensi rendah / hama varietas lama rentan dengan varietas unggul baru dengan potensi hasil menjanjikan.
Untuk mendorong budidaya padi hibrida melalui demonstrasi dan biji membuat tersedia bagi petani.
Memotivasi para petani untuk menyediakan irigasi hidup hemat untuk tanaman sedapat mungkin selama musim kering panjang.
Meningkatkan kesuburan tanah.
Penekanan pada penggunaan nutrisi yang seimbang tanaman bersama dengan mempopulerkan sistem manajemen pabrik terintegrasi.
Penggunaan bio-pupuk.
Mempopulerkan menabur garis di daerah padi gogo melalui pembentukan cocok penyemaian perangkat dari tingkat yang diinginkan dari populasi tanaman, mudah dalam pengendalian gulma dan aplikasi teknik manajemen lainnya.
Mendorong penggunaan mesin serta lembu ditarik dan menyerahkan alat dioperasikan.
Pengendalian yang efektif terhadap hama dan penyakit dengan menekankan kebutuhan aplikasi berbasis pestisida.
Lebih menekankan pada penerapan non-moneter masukan seperti menabur tepat waktu, menjaga populasi tanaman optimal, irigasi tepat waktu, efisiensi penggunaan pupuk, langkah-langkah perlindungan tanaman dan pemanenan tepat waktu panen dll

3. Tinjauan gapoktan
c. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang.
Kelompok Tani (Poktan) adalah kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

b. Pengertian gapoktan
Gapoktan adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha (Gapoktan sesuai Permentan No. 273 Tahun 2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani).

c. Tujuan gapoktan
Meningkatkan kemampuan dan keterampilan SDM melalui pendidikan pelatihan dan study banding sesuai kemampuan keuangan Gapoktan
Meningkatkan kesejahteraan anggotanya secara keseluruhan tanpa kecuali yang terlibat dalam kepengurusan maupun hanya sebagai anggota, secara materiil maupun non material sesuai dengan kontribusi/andil/masukan yang diberikan kepada pengembangan Organisasi Gapoktan
Menyelenggarakan dan mengembangkan usaha dibidang pertanian dan jasa yang berbasis pada bidang pertanian.
Dalam membangun kerjasama dengan berbagai pihak, hams diketahui dan disepakati oleh rapat angota, dengan perencanaan dan analisa yang jelas dan harus berpedoman Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

d. Prinsip-Prinsip  Organisasi Petani
Dibentuk untuk mempermudah anggota-anggotanya mencapai sebagian apa yang dibutuhkan dan/atau diinginkan, Dengan kesadaran semacam itu setiap anggota menginginkan dan akan berusaha agar kelompoknya dapat benar-benar efektif dalam menjalankan fungsinya, dengan meningkatkan mutu interaksi/kerjasamanya dalam memanfaatkan segala potensi yang ada pada anggota dan lingkungannya untuk mencapai tujuan kelompok.

e. Manfaat Gapoktan
Memudahkan para penyuluh pertanian melakukan pembinaan dalam memfasilitasi para  petani dalam mengembangkan usahanya.
Memudahkan para pengambil kebijakan melaksanakan program-program yang akan dikembangka
Memudahkan penyuluh pertanian melakukan pemberdayaan terhadap petani.

B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang pemberdayaan masyarakat ini, sebelumnya telah dilakukan beberapa penelitian terkait hal tersebut, diantaranya adalah:
1. Penelitian milik Siti Jariyah (2011) yang berjudul “pemberdayaan masyarakat dan mobilitas sosial di padukuhan pugeran, maguwoharjo, depok, sleman, yogyakarta” menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pemberdayaan masyarakat dan mobilitas sosial adalah adanya kegiatan pemberdayaan secara tidak langsung berpengaruh terdapat peningkatan status dan peran eseorang atau masyarakat dalam kehidupan. Berbagai macam fasilitas maupun saluran yang ada di masyarakat dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup.

2. Hasil penelitian milik Oktarina Dwi Handayani (2010) yang berjudul “pemberdayaan perempuan melalui program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan (PNPM MD) dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga di desa pesalakan, kecamatan bandar, kabupaten batang” adalah konsep pembangunan pada dasarnya dapat dilakukan melalui dua teknik, yaitu : partisipasi masyarakat dan pembangunan masyarakat. Kedua teknik ini dapat diartikan proses pemberdayaan merupakan pembangunan yang bersumber dari, oleh dan untuk masyarakat.sedangkan partisipasi masyarakat diartikan sebagai partisipasi dari masyarakat sebagai pemanfaat program. Partisipasi tersebut tidak hanya pada pelaksanaan program, tapi dimulai dari tahap penggalian gagasan, tahap perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai pada tahapan pelestarian kegiatan.


3. Penelitian milik Kristinah Prasetia Ningsih (2010) dengan judul “implementasi pemberdayaan keluarga melalui pendidikan anak usia dini pada pos pemberdayaan keluarga di dusun saman desa bangunharjo kecamatan sewon kabupaten bantul” disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat desa merupakan program pembangunan yang perlu menghiraukan dan memperhitungkan pola kehidupan yang sedang berlangsung di masyarakat, kondisi ini harus diberi nilai dan jangan sekali-kali diubah dengan cara perombakan. Kondisi masyarakat setempat perlu dihargai yaitu diberi apresiasi, penghargaan dan pemberian nilai pada kondisi kehidupan masyarakat tersebut adalah salah satu cara untuk suksesnya pengembangan masyarakat desa sebagaimana yang diharapkan.

C. Kerangka berpikir
Dalam era sekarang ini banyak sekali masalah-masalah sosial yang timbul. Dari banyaknya masalah, paling sering kita dengar ialah masalah sosial ekonomi. Masyarakat dalam kalangan menengah ke bawah-lah yang sering menemui masalah ini. Dikatakan seperti karena masyarakat dalam kalangan menengah ke bawah belum cukup berdaya.
Untuk menjawab permasalahan di atas, dicetuskannya program pemberdayaan masyarakat. Masyarakat yang perlu diberdayakan sangatlah beragam profesinya mulai dari pemuda sampai pada mereka yang sudah usia lanjut. Dalam hal ini, pemberdayaan yang diprogramkan ialah program pemberdayaan bagi mereka masyarakat petani. Masyarakat petani di kawasan pinggiran atau desa masih belum berdaya. Tidak sedikit dari mereka yang masih belum sejahtera. 
Dengan adanya kasus tersebut, pemerintah merespon tuntutan petani dengan menggulirkan program gapoktan (gabungan kelompok tani) yang mana dengan adanya program tersebut masyarakat petani menjadi lebih berdaya, mandiri serta dapat meningkatkan hasil panen dan kemudian mencapai tujuan akhir yang dicita-citakan yaitu meningkatnya kesejahteraan.
Timbul masalah-masalah soaial pada petani 


Program pemberdayaan masyarakat 

   
  Masyarakat petani


program Gapoktan (gabungan kelompok tani)


Meningkatkan hasil penen


Meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan

D. Pertanyan penelitian
Sebagai acuan dalam melakukan penelitian ini, maka peneliti membuat rumusan pertanyaan umum yang nantinya akan mengisi pembahasan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan masyarakat petani di kecamatan Moyudan dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan?
a. Bagaimana rekruitmen anggota program pemberdayaan masyarakat petani di kecamatan Moyudan dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan?
b. Apa saja usaha yang dilakukan anggota program pemberdayaan masyarakat petani dalam upaya meningkatkan hasil panen?
c. Bagaimana program pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat petani di kecamatan Moyudan dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan?
2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan?
3. Bagaimana tingkat keberhasilan program pemberdayaan masyarakat petani di kecamatan Moyudan dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan?
a. Dilihat dari ketercapaian tujuan dan tanggapan dari petani anggota gapoktan dalam upaya meningkatkan hasil panen.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang ilmiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif menekankan makna (Sugiyono, 2011:15).
(Suharsimi A, 1998:209) mendefinisikan metode kualitatif yaitu pendekatan dengan cara memandang objek penelitian sebagai suatu sistem, artinya objek kajian dilihat dari satuan yang terdiri dari unsur yang saling terkait dan mendiskripsikan fenomena-fenomena yang ada. 
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti bermaksud mendeskripsikan, menguraikan dan menggambarkan pemberdayaan masyarakat petani dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan di kecamatan Moyudan, Sleman, Yogyakarta.

B. Setting dan Waktu Penelitian
1. Setting Penelitian
Setting penelitian yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah di pemberdayaan masyarakat petani dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui program gapoktan di kecamatan Moyudan Sleman Yogyakarta dengan alasan sebagai berikut :
a. Gapoktan merupakan suatu program dari pemerintah yang ada di kecamatan Moyudan sebagai wadah pembinaan dan mengembangkan potensi masyarakat petani dalam meningkatkan hasil panen serta dapat hidup lebih mandiri dan mampu untuk meningkatkan kesejahteraan.
b. Mudah dijangkau peneliti sehingga memungkinkan lancarnya proses penelitian.
c. Keterbukaan dari pihak Gapoktan dan masyarakat petani sehingga memungkinkan lancarnya dalam memperoleh informasi atau data yang berkaitan dengan penelitian.

C. Subyek Penelitian
Suharsimi A (1990:119) menyebutkan bahwa subyek penelitian merupakan sesuatu yang kedudukannya sentral karena pada subyek penelitian itulah data tentang variabel yang diteliti berada dan diamati oleh peneliti. Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data diperolah. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi dalam mengumpulkan data, maka sumber data adalah kata-kata atau tindakan orang yang diwawancarai, sumber data tertulis dan foto.
Subyek sasaran penelitian ini adalah pengelola, tutor dan petani yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat petani dalam upaya meningkatkan hasil panen mmelalui program gapoktan di kecamatan Moyudan. Pemilihan subyek penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan subyek penelitian yang tepat dan sesuai dengan tujuan penelitian. Pertimbangan lain dalam pemilihan subyek adalah subyek memiliki waktu apabila peneliti membutuhkan informasi untuk pengumpulan data dan dapat menjawab berbagai pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan.

D. Sumber dan Metode Pengumpulan Data
1. Sumber data
Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah :
a. Pihak internal gapoktan kecamatan Moyudan (pengelola, tutor dan petani yang menjadi anggota).
b. Pihak eksternal gapoktan kecamatan Moyudan (masyarakat dan lingkungan sekitar).
c. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat oetani dalam upaya meningkatkan hasil panen memalui program gapoktan.

2. Metode pengumpulan data
Metode pengumplan data dalam penelitian ini ada beberapa cara agar data yang diperoleh merupakan data yang sahih atau valid, yang merupakan gambaran yang sebenarnya dari kondidi pemberdayaan masyarakat oetani dalam upaya meningkatkan hasil panen memalui program gapoktan di kecamatan Moyudan. Metode yang digunakan meliputi : pengamatan, wawancara, dan dokumentasi.
a. Pengamatan (observasi) 
pengamatan dilakukan sejak awal penelitian dengan mengamati keadaan fisik lingkungan maupun diluar lingkungan itu sendiri.
b. Wawancara
dalam wawancara, peneliti menggali sebanyak mungkin data yang terkait dengan masalah subyek. Pada penelitian ini akan dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dalam pemberdayaan masyarakat petani melalui program gapoktan (gabungan kelompok tani) di kecamatan Moyudan.
c.Dokumentasi
Metode dokumentasi ini merupakan metode bantu dalam upaya memperoleh data. Kejadian-kejadian atau peristiwa tertentu yang dapat dijadikan atau dipakai untuk menjelaskan kondisi didokumentasikan oleh peneliti.

E. Instrumen Pengumpulan Data
1. Pengertian instrumen pengumpulan data
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kaitannya dalam mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan diperrmudah olehnya (Suharsimi A, 2003:134).
2. Instrumen yang digunakan
Instrumen untama yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dibantu pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman dokumentasi terstruktur yang dibuat sendiri oleh peneliti dibantu dosen pembimbing.

F. Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu data utama dan data pendukung. Data utama diperoleh melalui subjek penelitian, yaitu orang-orang yang terlibat langsung dalam kegiatan sebagai fokus penelitian. Sedangkan data pendukung bersumber dari dokumen-dokumen berupa catatan, rekaman, gambar, atau foto serta bahan-bahan lain yang dapat mendukung penelitian ini.
Adapun langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut:
1. Reduksi data, dengan merangkum, memilih hal-hal pokok, disusun lebih sistematis, sehingga data dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti dalam mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan.

2. Penyajian data, agar dapat melihat gambaran keseluruhan data atau bagian-bagian tertentu dari penelitian. Dengan demikian peneliti dapat menguasai data lebih mudah kebenarannya dengan cara memperolah data itu dari sumber data lain, misalnya dari pihek kedua, ketiga, dan seterusnya dengan menggunakan metode yang berbeda-beda.

Trianggulasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode yang berbeda, misalnya dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Dengan adany trianggukasi ini tidak sekedar menilai kebenaran data, akan tetapi juga dapat untuk menyelidiki validitas tafsiran penulis mengenai data tersebut, maka dengan data yang ada akan memberikan sifat yang reflektif dan pada akhirnya dengan trianggulasi ini akan memberikan kemungkinan bahwa kekurangan informasi yang pertama dapat menambah kelengkapan dari data yang sebelumnya.
Tujuan akhir trianggulasi ini adalah membandingkan informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data. Cara ini juga dapat mencegah dari anggapan maupun bahaya subyektifitas.
PEDOMAN OBSERVASI

Hal Deskripsi
1.Lokasi dan Keadaan Penelitian
a. Lokasi dan Alamat
b. Status Bangunan
c. Kondisi Bangunan
d. Fasilitas
2. Visi dan Misi Program
3. Tujuan Program
4. Struktur Kepengurusan Gapoktan
5. Keadaan Pengurus Program
6. Tutor/pelatih
7. Data Anggota Gapoktan
8. Pendanaan
9. Kegiatan program Gapoktan 
a. Kegiatan
b. Manfaat
c. Hasil



Pedoman Wawancara

I. Identitas Diri
1. Nama : (Laki-laki/Perempuan)
2. Jabatan :
3. Usia :
4. Agama :
5. Pekerjaan :
6. Alamat :
7. Pendidikan terakhir :

II. Identitas Diri Lembaga
1. Kapan Gapoktan kecamatan Moyudan berdiri?
2. Bagaimana sejarah berdirinya Gapoktan kecamatan Moyudan?
3. Apakah tujuan berdirinya Gapoktan kecamatan Moyudan?
4. Apakah visi dan misi dari Gapoktan kecamatan Moyudan?
5. Berapa jumlah tenaga pengelola Gapoktan kecamatan Moyudan? 
6. Apakah jumlah tenaga tersebut sudah mencukupi untuk melaksanakan program-program yang dimiliki Gapoktan kecamatan Moyudan?
7. Adakah persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi pengelola Gapoktan kecamatan Moyudan?
8. Bagaimana cara rekruitmen pengurus/pengelola/anggota dilakukan?
9. Bagaimana peran pengelola dalam penyelenggaraan program pemberdayaan masyarakat petani?
10. Apakah Gapoktan kecamatan Moyudan selama ini bekerjasama dengan pihak-pihak lain?

III. Sarana dan Prasarana
1. Dana
a. Berapa besar dana yang diperlukan untuk pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat petani ?
b. Dari manakah sumber dana tersebut?
c. Bagaimanakah pengelolaan dana tersebut?
2. Tempat peralatan
a. Siapa pemilik (status) tempat didirikannya bangunan Gapoktan kecamatan Moyudan?
b. Apa saja fasilitas yang ada di Gapoktan kecamatan Moyudan?
c. Darimana asal fasilitas tersebut?

IV. Anggota Gapoktan kecamatan Moyudan
1. Berapa jumlah anggota Gapoktan kecamatan Moyudan?
2. Bagaimana cara rekruitmen anggota Gapoktan kecamatan Moyudan?
3. Bagaimana motivasi anggota Gapoktan kecamatan Moyudan dalam mengikuti program pemberdayaan?
4. Bagaimana bentuk motivasi anggota Gapoktan kecamatan Moyudan agar mau terlibat secara penuh dalam setiap kegiatan?
5. Apakah program-program yang telah dirancang oleh anggota Gapoktan kecamatan Moyudan telah mampu menjawab kebutuhan petani?
6. Bagaimana pengelolaan kegiatan pemberdayaan anggota Gapoktan kecamatan Moyudan?
7. Bagaimana hasil yang dicapai sejauh ini dari Gapoktan kecamatan Moyudan?
8. Apa saja faktor pendukung dalam setiap pelaksanaan kegiatan Gapoktan kecamatan Moyudan?
9. Apa saja faktor dan penghambat dalam setiap pelaksanaan kegiatan Gapoktan kecamatan Moyudan?
10. Harapan apa yang ingin dicapai anggota Gapoktan kecamatan Moyudan dalam setiap pelaksanaan pelaksanaan kegiatan?

DAFTAR PUSTAKA

Lexi, J Moleong. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung : PT. Persada Rosa Karya
Sugiyono.(2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Usman, Sunyoto.(2008). Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sulistiyani, Ambar Teguh. (2004). Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan.Yogyakarta : Gava Media